Mohon tunggu...
Lulu U. Muyassaroh
Lulu U. Muyassaroh Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswa Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Prospek Tingkat Konsumsi Masyarakat, Investasi, dan Pendapatan Nasional Indonesia Tahun 2022 Perspektif Islam

11 September 2022   20:33 Diperbarui: 18 September 2022   20:04 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak

Tingkat konsumsi dan tingkat investasi memiliki peranan penting dalam mendorong pendapatan nasional. Prospek tingkat konsumsi masyarakat, tingkat investasi, dan pendapatan nasional Indonesia tahun 2022 sangatlah penting untuk menjadi pertimbangan dalam membuat kebijakan makro tahun berikutnya dan untuk mengetahui apakah kebijakan-kebijakan yang diambil sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan yaitu pemulihan ekonomi pasca pandemic covid-19. Tingkat konsumsi yang tinggi dapat meningkatkan pendapatan nasional secara signifikan oleh karena itu pemerintah dalam upaya memulihkan ekonomi pasca pandemi berusaha untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga. Meningkatnya konsumsi rumah tangga dan investasi dapat menigkatkan pendapatan nasional secara signifikan hal ini didukung juga  dalam ekonomi islam karena konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam setiap perekonomian, karena tidak ada kehidupan bagi manusia tanpa konsumsi. Dilihat dari prospek dari konsumsi dan investasi maka kebijakan pemerintah yang berusaha meningkatkan konsumsi dan investasi masyarakat dalam upaya pemulihan ekonomi pasca pandemic adalah hal yang tepat.

Kata Kunci: Konsumsi, Investasi, Pendapatan Nasional, Ekonomi Islam

HASIL DAN DISKUSI (RESULT AND DISCUSSION)

Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). 

Pandemi yang terkendali mendorong fenomena pent up demand suatu kondisi di mana permintaan akan suatu produk atau layanan meningkat secara drastis dan cenderung tiba-tiba konsumsi masyarakat yang diikuti peningkatan aktivitas investasi. Penyebaran varian Delta yang berhasil dikendalikan dengan cepat dan efektif mampu mendorong aktivitas konsumsi rumah tangga tumbuh 3,55 persen (yoy) di triwulan IV-2021.

Secara keseluruhan 2021, konsumsi rumah tangga tumbuh progresif sebesar 2,02 persen setelah terkontraksi 2,63 persen di 2020. Sementara itu, aktivitas investasi (PMTB) yang sempat tertahan, juga kembali dapat meningkat 4,49 persen pada triwulan IV-2021.

Keberlanjutan program strategis nasional dan belanja modal pemerintah serta mulai membaiknya kinerja investasi sektor swasta menjadi penopang perbaikan laju pertumbuhan investasi pada triwulan IV. Secara keseluruhan 2021, investasi kembali tumbuh positif 3,80 persen setelah tumbuh negatif 4,96 persen di 2020. Konsumsi pemerintah juga mampu tumbuh 5,25 persen (yoy) di triwulan IV atau 4,17 persen secara keseluruhan 2021, sejalan dengan peningkatan realisasi belanja negara. "Semua itu berkat akselerasi program vaksinasi, keberlanjutan program perlindungan sosial, serta pelaksanaan layanan publik pemerintah."

Pemerintah diyakini sangat paham bagaimana mengakselerasi perekonomian tahun ini. Yang jelas, penyebaran varian Omicron Covid-19 pada awal tahun ini berisiko mereduksi laju pertumbuhan perekonomian. Begitu juga potensi reduksi daya beli masyarakat yang berimplikasi pada tertahannya laju konsumsi rumah tangga, kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB). Itu yang menjadi pekerjaan rumah, karena sepanjang tahun lalu pertumbuhan konsumsi masyarakat terpantau sangat rendah. BPS mencatat, konsumsi rumah tangga sepanjang tahun lalu hanya tumbuh di angka 2,02 persen, jauh lebih rendah dibandingkan dengan level prapandemi yang berada di kisaran 5 persen. Data ini merefleksikan bahwa daya beli masyarakat pada tahun kedua pandemi Covid-19 masih cukup rapuh. Adapun pada tahun ini, harapannya pemerintah mampu mengakselerasi konsumsi rumah tangga. Pasalnya, konsumsi rumah tangga selama ini merupakan tulang punggung pertumbuhan ekonomi dan memiliki porsi yang sangat besar terhadap PDB nasional. Laju pertumbuhan ekonomi tetap positif bila konsumsi rumah tangga terakselerasi dengan baik.

Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) yang menyebutkan bahwa rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi meningkat pada Maret 2022 dari bulan sebelumnya. BI mencatat, rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi pada Maret 2022 mencapai 74,4 persen, naik tipis dari Februari 2022 sebesar 74,0 persen.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, rata-rata porsi konsumsi terhadap pendapatan tercatat meningkat pada sebagian besar kategori pengeluaran, terutama pada responden dengan pengeluaran Rp2 juta, Rp1 hingga Rp3 juta per bulan. Di samping itu, BI mencatat proporsi pendapatan konsumen yang disimpan (saving to income ratio) meningkat sebesar 15,9 persen pada Maret 2022, lebih besar dari 15,7 persen pada bulan sebelumnya. Porsi tabungan terhadap pendapatan juga meningkat pada mayoritas kategori pengeluaran, tertinggi pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp4 juta dan Rp1 hingga Rp5 juta per bulan. Sementara itu, rata-rata rasio pembayaran cicilan/utang (debt to income ratio) tercatat melemah, terpantau sebesar 9,7 persen, atau menurun dari 10,3 persen pada Februari 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun