Mohon tunggu...
Puput Firgeya Neta
Puput Firgeya Neta Mohon Tunggu... Penulis - Lulana

Aku akan jadi kata, biar siapa saja bisa mengenalku

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Saat "Yang Dicintai Terlalu Dalam" Memutuskan Hilang

1 Maret 2021   22:10 Diperbarui: 1 Maret 2021   22:31 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedikit saja dia memberi dorongan dan nasihat, dengan secepat kilat kita melakukannya. Yang sebelumnya sangat pesimis dengan mimpi kita, berkat semangat darinya semua mimpi terasa begitu dekat dan nyata. 

Dia menjadi support system terkuat setelah keluarga kita. Kita selalu mencari celah untuk bisa bertemu dengannya, entah menonton film, pergi ke pameran, atau hanya sekedar makan berdua.

Lalu tiba-tiba tanpa sempat kita mengungkapkan ketulusan dan sayang kita, ia memutuskan menghilang dari hidup kita. Yang dulunya saling berkirim pesan dan memotivasi kini dia hanya menjadi pembaca setia pesan-pesan kita.

Pesan yang dulu selalu dibalas, kini menjelma tulisan "dibaca" saja. Ruang obrolan terasa seperti gua, yang bagaimanapun kita berusaha berteriak, akhirnya hanya suara kita saja yang menggema. Yang dulunya sedikit hangat menjadi begitu dingin tak tertahankan. Bahkan cerita di sosial medianya disembunyikan dari kita. 

Sang waktu juga tidak pernah berbaik hati mempertemukan kita secara kebetulan. Seolah-olah kita dblokir dari kehidupannya, dan yang paling menyakitkan dari itu semua adalah kita tidak pernah tau alasannya dan semua tiba-tiba tanpa pemberitahuan.

Hidup terasa lebih berat berkali-kali lipat, seperti ada lubang di hidup kita, dan tentunya hati kita luka-luka. Sekeras apapun kita mencoba berdamai dengan keadaan, namun kita tidak pernah bertemu kata "rela". "Mengikhlaskan" terasa sangat asing dan lebih sulit dari semua mata pelajaran di dunia. Yang paling menyebalkan dari ini semua adalah, ketika kita sudah tau kenyataannya, kita tak pernah bisa berhenti mencintainya. 

Kita tetap bersikeras mendoakannya, menyayanginya, juga rindu yang terus saja datang membawa luka memaksa kita membuka pintu selebar-lebarnya. Semua ini sebab kita terlanjur terlalu dalam mencintainya.

Namun pelan tapi pasti kita sudah bisa mulai berjalan dan menemukan sedikit titik terang, meski kadang seringkali terjatuh dan menangis. Lambat laun sedikit demi sedikit kita berhasil berdamai dengan luka kita. 

Yang dulu terasa pedih sekali kini tidak terlalu pedih meski sakitnya masih terus ada dan meninggalkan bekas luka. Kita tak pernah tau kenapa harus mengalami ini semua, namun meski begitu kita tak pernah selesai mendoakan kebaikannya.

"Tidak apa kalau sekarang kamu memutuskan untuk menghilang, aku masih tetap mencintaimu dan berharap kamu selalu baik-baik saja."

Begitulah kira-kira cerita tentang sahabat saya. Ketulusannya benar-benar memotivasi saya. Jika kita dalam keadaan seperti itu maka itu benar-benar tidak akan mudah bagi kita. Ingin menyalahkan dia namun kita tau dia tidak sepenuhnya salah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun