Mohon tunggu...
lukmanbbs
lukmanbbs Mohon Tunggu... Guru - lukmanbrebes

Ngaji pikir dan dzikir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Santriku Ngaji Sambil Sesenggukan

27 April 2020   07:19 Diperbarui: 28 April 2020   22:01 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

SANTRIKU NGAJI SAMBIL SESENGGUKAN

Ngaji di pagi hari, setelah sholat subuh dan sholat ashar, yang aku lakukan bersama anak-anak kecil disekitar rumah,  di bulan ramadhan Tahun 1441 H ini.  adalah yang pertama kali.

Sebut saja, ngaji diemperan rumahku ini. Awalnya  hanya bermaksud memanfaatkan anak yang biasa bermaian didepan dan samping rumahku, diselingi ngaji. Kumpulan anak-anak yang setiap hari bermain, kadang jumlahnya lebih dari 5 anak, aku pikir sangat baik kalau ada ngajinya.

Maksud baik tersebut, aku sampaikan kepada para orang tuannya, yang juga tetangga rumah. Bagaimana kalau anaknya disuruh ngaji. Singkat cerita Alhamdulillah, ternyata orang tuanya pada setuju. Sehingga kita buat kesepakatan. 

Aku yang ngajar ngaji, orang tuanya yang menggerakan atau menyuruh anaknya untuk ngaji. Kerja sama ataupun kesepakatan antara aku dan para orang tua, tetangga rumah alhamdulillah berjalan, sampai sekarang.

Kagiatan gaji, yang hanya diikuti 7 sampai 10 anak ini. Ternyata, ketika ngaji terdapat perilaku yang macam-macam. Ada anak yang nderes berkali-kali hingga bacaanya lancar, ada yang tidak mau nderes kalau tidak diingatkan terus menerus, ada  juga yang mau nderes tetapi nggak ada suaranya.

Mengajar ngaji anak-anak kecil, menjadi pengalaman tersendiri bagi aku. Setelah aku tinggalkan mengajar para mahasiswa di Perguruan Tinggi. Tanpa harus mengingatkan terus menerus dan tidak ribut ataupun ramai terus.

Pada tulisan ini, aku hanya mau cerita tentang santri perempuan kecilku, yang duduk di kelas 1(satu) Sekolah Dasar (SD), yang sering menjadi tempat usilan oleh  teman-teman ngaji lain. Mungkin usilan tersebut,  karena anaknya kecil sendiri atau karena kalau ngaji gayanya beda. Entalah, yang jelas santri perempuan kecilku sering jadi bahan bullyan.

Walaupun sering mendapat bully, ia tidak marah, takut, bahkan sedih. Karena yang sering bully adalah teman yang suka bermain bersamanya. Kakak ataupun adik sepupunya, yang letak rumahnyapun bersebelahan.  

Dan memang dalam setiap hari sering digodain terus. Namanya juga anak-anak. Kalau main bareng sering menangis, namun sebentar kemudian bermain bersama kembali.

Oh..yah. Yang membuat usilpun, aku tegaskan lagi,  tidaklah orang-orang jauh, karena yang ngaji ditempatku, hanya anak-anak yang rumahnya, di depan dan belakang, kanan dan kiri rumahku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun