Mohon tunggu...
Luki Prasetya
Luki Prasetya Mohon Tunggu... Animator - Manusia biasa

Tidak ada ilmu yang tak berguna

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Diplomasi Flu Burung

13 Februari 2020   10:51 Diperbarui: 13 Februari 2020   11:13 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pemberitaan flu burung yang bertubi-tubi secara nasional di berbagai media cetak telah memberikan kesan betapa serta dan besarnya masalah ini. Masyarakat secara luas diajak untuk khawatir dan takut dengan kasus flu burung ini. Akbatnya tidak hanya dirasakan masyarakat itu sendiri namun dunia peternakan yang dianggap sebagai pembawa wabah ini juga terbebani.

Kasus di Indonesia menunjukkan flu burung justru menimpa banyak orang umum dan bukan pekerja kandang. Hal tersebut kalau kita identifikasi lebih lanjut menjadi sebuah pertanyaan besar. Begitu mudahkah virus H5N1 berpindah ke manusia ataukah ada faktor-faktor lain dari kasus kematian manusia sedangkan flu burung hanya menjadi pendorong ke arah kematian?

Virus ini sebenarnya tidak menjadikan manusia sebagai habitat untuk hidup. Artinya tumbuh optimalnya pada ayam, itik, dan unggas yang lain. Untuk dapat berpindah ke manusia ini masih menjadi tanda tanya besar apakah melalui perantara atau langsung. Perlu diketahui bahwa virus ini perlu media pelekatan sehingga dia tidak mampu terbang melalui udara langsung masuk ke saluran pernapasan. Jadi kekhawatiran yang berlebihan tidak diperlukan selama masyarakat membiasakan membersihkan badannya setelah berhubungan dengan unggas dengan detergen.

Mengapa besar?

Kasus flu burung di negara-negara lain tidak menjadi besar sebagaimana di Indonesia. Ini menarik untuk menjadi bahan pengkajian dan perenungan apakah kebijakan pemerintah sudah benar dalam mengendalikan kasus flu burung atau sebaliknya. Dalam mengendalikan permasalahan ini sebenarnya ada dua permasalahan besar. Pertama adalah masalah teknis penanggulangan dan kedua adalah diplomasi.

Pada era sebelum SBY, walaupun sudah diketahui adanya kasus flu burung, pola penanganannya cenderung hanya dilakukan oleh departemen terkait. Keuntungan yang diperoleh adalah masalahnya tidak sampai muncul ke media secara meluas. Kerugiannya adalah dananya anagat terbatas, sehingga penyelesaiannya tidak tuntas.

Pada era pemerintahan SBY, presiden ditarik untuk ikut menyelesaikannya. Dengan naiknya kasus flu burung kepada RI1 maka mau tidak mau pemberitaan kasus flu burung menjadi berita yang besar. Sehingga setiap sakit flu disertai demam dan sesak selalu dihubungkan dengan flu burung walaupun belum positif terkena H5N1. Akibatnya masyarakat makin khawatir.

Padahal permasalahan di daerah tropis seperti Indonesia penyakit infeksi saluran pernapasan menduduki peringkat yang tinggi. Akibatnya yang menadi pendiagnosis adalah masyarakat umum dan media massa dengan menanyakan ke sana kemari. Karena belum pasti, akhirnya diberitakan sebagai suspect flu burung. Tentu hal tersebut tidak menyelesaikan masalah namun justru merugikan dalam pola penanggulangan dan pengendalian flu burung secara nasional.

Di samping kerugian tentu ada keuntungan-keuntungan yang diperoleh misalkan kucuran dana dari dunia internasional sehingga menjadi pekerjaan besar dan proyek besar bagi instansi dan orang-orang tertentu. Dana yang besar juga bermanfaat untuk menanggulangi flu burung secara menyeluruh dan berkesinambungan. Sayang, sampai saat ini masalah flu burung belum ada tanda-tanda akan berakhir.

Diplomasi dan langkah teknis

Untuk itu ada dua pendekatan yang seharusnya dapat segera dilakukan pemerintah, yaitu satu sisi dengan diplomasi flu burung dan sisi yang lain penanggulangan teknis oleh departemen terkait. Langkah diplomasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan harusnya SBY atau JK karena masalahnya sudah sedemikian membesar adalah segera memberikan informasi bahwa flu burung bukanlah masalah besar dan cara penularannya ke manusia tidak mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun