Mohon tunggu...
Lukas Budi
Lukas Budi Mohon Tunggu... Lainnya - Biografometrik Nusantara

Biografometrik Nusantara (grafonomi,deteksi kebohogan, tes integritas, )

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Deteksi Kebohongan

25 Oktober 2020   18:50 Diperbarui: 25 Oktober 2020   19:17 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

FORENSIK
DETEKSI KEBOHONGAN
Jaksa Agung Sanatiar Burhanuddin menampik keterkaitan dirinya dengan proposal rencana aksi yang disusun Jaksa Pinangki Sirna Malasari agar Joko S Tjandra memperoleh fatwa bebas (Kompas, 25 September 2020),  hal tersebut merupakan contoh peristiwa saat ini yang menimbulkan masalah dalam pengungkapan perkara. Peristiwa semacam ini dapat terjadi dalam semua aspek kehidupan manusia mulai dari jaman dahulu  sampai saat ini, yaitu dengan sengaja membuat pernyataan salah yang bertujuan untuk menipu, yang disebut berbohong. Untuk mengatasi masalah kebohongan ini manusia berupaya  mendeteksi kebohongannya.
Pada saat manusia berbohong, maka akan timbul takut terdeteksi /fear of detection. Hal ini akan menyebabkan system saraf Autonomic bekerja tanpa diperintahkan oleh pikiran /involuntary  dengan mengirim sinyal ke kelenjar adrenalin untuk berjaga-jaga. Hal ini akan mempengaruhi secara fisik pada tubuh manusia, seperti frekuensi detak jantung maupun pernafasan meningkat, kulit pucat, pupil mata melebar, kelenjar keringat menghasilkan keringat lebih banyak.
Takut terdeteksi ini,  juga akan mempengaruhi bahasa tubuh (body language) seseorang, yang  akan menunjukkan tanda-tanda/indikator pertahanan diri, seperti tangan menyentuh bagian muka, tangan mendekap dada, cara duduk dengan kaki dilipat, tatapan mata minim, dll. Begitu juga mempengaruhi  verbal yang  akan membuat penjelasan makin kabur, membuat alibi secara detail, memberikan keterangan dengan menghindari tempat peristiwa perkara, tidak berani mengatakan secara verbal tindakan yang disangkakan seperti “saya tidak korupsi, saya tidak membunuh“.
Untuk mendeteksi kebohongan ini,  tidak dapat menggunakan satu indikator  untuk   menyimpulkan bahwa seseorang berbohong,  tetapi harus membentuk suatu kumpulan/cluster. Pada  contoh di atas, terdapat  dua  kesaksian yang berlawanan. Untuk mendeteksi siapa yang berbohong,  dapat dideteksi dengan mencermati tanda-tanda/indikator kebohongannya.
Lebih dari 57 negara sudah  menggunakan metode untuk mendeteksi suatu kebohongan. Bahkan ada yang dilengkapi dengan instrumen yang dikenal dengan Polygraph. Data terakhir yang diperoleh, bahwa negara-negara tersebut sudah mengizinkan metode deteksi kebohongan ini masuk dalam proses peradilan.  Di New Mexico sudah 20 tahun  yang lalu, menggunakan deteksi kebohongan dalam proses peradilan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun