Mohon tunggu...
L S P 3 I
L S P 3 I Mohon Tunggu... Dosen - Lembaga Studi Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan Indonesia (Institute for Policy Research and Development study Indonesian Education), adalah organisasi non profit pendidikan yang bergerak di bidang KAJIAN, STUDI & RISET.Tujuannya mewujudkan tatanan pendidikan Tinggi Indonesia yang berpegang kepada nilai-nilai peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lembaga Studi Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan Indonesia "untuk pengembangan dan kemajuan pendidikan tinggi Indonesia"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Tak Diukur Sebatas Gelar Akademik

1 September 2019   12:33 Diperbarui: 1 September 2019   12:52 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar pixabay.com 

Sebagian besar masayarakat akan menilai pendidikan dari gelar akademik yang dimiliki. Apakah sarjana, master, doktor, atau bahkan profesor. Namun tentunya tidak ada jaminan deretan gelar tersebut bisa menjadi cerminan kualitas pendidikannya.

Benar bahwa ada proses dan tanggung jawab di balik gelar-gelar tersebut, tapi apakah artinya yang tidak bergelar menjadi kelompok terendah dalam kasta pendidikan? Tentu tidak, karena kita semua tau bahwa pendidikan tak sebatas gelar. Seperti halnya cinta yang tidak cukup dinilai dari status, melainkan perlu adanya pembuktian perilaku.

Mari kita buktikan bahwa pendidikan memang bukan sebatas gelar saja

Mana yang lebih mencerminkan perilaku seseorang yang terdidik, pejabat yang berderet titel sarjana tapi korupsi dan khianat jabatan atau petugas pegawai rendahan yang jujur dan amanah yang  hanya tamatan SMU.

Tidak sedikit para pejabat memiliki gelar akademik yang meyakinkan, ditambah dengan wawasan luas tentang perkembangan dunia. Tapi semua itu tak berarti kalau pada akhirnya masih tergoda dengan gratifikasi, sogokan proyek dan atau hambur-hambur anggaran untuk pencitraan.

Belum lagi dengan kasus plagiarisme karya tulis di berbagai perguruan tinggi kita yang notabene  pelakunya adalah mereka yang katanya "kaum terdidik". Bahkan yang paling mengerikan adalah sampai melakukan praktek kampus abal abal dan ijazah palsu.

Lantas apa itu hakikat pendidikan yang sebenarnya?

Menurut KBBI, pendidikan adalah proses mengubah sikap atau tata laku untuk mendewasakan manusia melaui pengajaran atau pelatihan. Berdasarkan definisi tersebut kita bisa lebih yakin bahwa pendidikan bukan sekedar gelar tapi bagaimana perilaku yang ditampilkannya.

Apalah arti gelar sarjana kalau khianat dan korup. Untuk apa gelar profesor jika penilaiannya bisa dibeli dengan kepentingan kelompok tertentu. Lebih miris lagi jika gelar akademiknya dipatenkan dengan materil tanpa proses belajar sedikitpun.

Maka berhentilah membusungkan dada hanya karena gelar akademik di belakang nama tapi perilakunya masih jauh dari standar kompetensi lulusan SD. Bukankah padi yang semakin  berisi akan semakin menunduk dan mendekati tanah, bukan karena rendah tapi karena padi itu sudah semakin berisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun