Mohon tunggu...
Ines Sabrina
Ines Sabrina Mohon Tunggu... Penulis

Bagi saya, menulis adalah kegiatan yang menyenangkan dan membawa manfaat yang besar dalam kehidupan saya. Sebagian kehidupan saya adalah menulis, saya senang menulis banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Memahami Hypersexual dalam Belenggu Hasrat

26 April 2025   18:10 Diperbarui: 26 April 2025   18:19 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembicaraan tentang seksualitas bukan lagi hal tabu. Namun, ada satu sisi dari seksualitas yang sering salah dipahami dan jarang dibahas secara serius: hypersexual. Bukan sekadar "nafsu besar", hypersexual adalah kondisi yang bisa mengganggu kesehatan mental, hubungan sosial, bahkan kualitas hidup seseorang.

Hiperseksualitas merupakan kondisi di mana seseorang mengalami dorongan seksual yang sangat intens dan sulit untuk dikontrol. Gangguan ini bisa dialami oleh siapa saja, tanpa memandang jenis kelamin, pada pria disebut satyriasis, sedangkan pada wanita dikenal sebagai nimfomania (Saroni, 2018).

Hypersexual bukan berarti seseorang hanya memiliki libido yang tinggi. Lebih dalam dari itu, hypersexual adalah dorongan seksual berlebihan yang terasa sulit dikendalikan, dan seringkali digunakan sebagai pelarian dari emosi yang tidak nyaman, seperti stres, kecemasan, atau rasa hampa. Orang yang mengalami hypersexual bisa terjebak dalam siklus perilaku impulsif, meski sadar bahwa tindakannya berisiko dan menimbulkan masalah.

Gejala hypersexual biasanya meliputi:

  • Pikiran tentang seks yang mendominasi aktivitas sehari-hari.
  • Kesulitan mengendalikan keinginan seksual meski sudah berusaha menghentikannya.
  • Terlibat dalam aktivitas seksual sebagai pelarian emosi, bukan sekadar karena ketertarikan.
  • Merasa bersalah, malu, atau cemas setelah perilaku seksual, tapi tetap mengulanginya.
  • Mengabaikan konsekuensi negatif, seperti rusaknya hubungan, masalah pekerjaan, atau risiko kesehatan.

Penting untuk dipahami bahwa hypersexual bukan soal moralitas atau karakter seseorang. Ini adalah masalah kesehatan mental yang perlu dikenali dan, bila perlu, ditangani dengan dukungan profesional. Sayangnya, masih banyak yang melihat kondisi ini dengan stigma atau malah menganggapnya bahan candaan.

Dalam banyak kasus, hypersexual tidak berdiri sendiri. Ia sering kali berhubungan dengan kondisi psikologis lain, seperti trauma masa kecil, depresi, kecemasan, atau gangguan stres pascatrauma (PTSD). Ada juga yang mengalami hypersexual sebagai bagian dari efek samping penggunaan zat adiktif atau akibat dari gangguan bipolar.

Bahaya hypersexual adalah bagaimana kondisi ini bisa menggerus batasan diri. Seseorang bisa mulai mengabaikan keselamatan, memilih pasangan seksual secara impulsif tanpa mempertimbangkan risiko, atau bahkan terlibat dalam situasi berbahaya demi memenuhi dorongan sesaat. Ini bukan sekadar soal memilih untuk "bersenang-senang". Ini tentang kebutuhan yang mendesak, sulit dihentikan, dan berujung penyesalan.

Dampaknya pun tidak hanya soal hubungan seksual itu sendiri. Hypersexual bisa menghancurkan hubungan percintaan, persahabatan, bahkan kehidupan keluarga. Ada rasa bersalah yang terus menghantui, rasa malu yang dalam, dan siklus penghukuman diri yang memperparah luka batin.

Pada era digital seperti sekarang, tantangan semakin besar. Konten seksual tersedia hanya dalam satu klik, dan akses instan ini bisa memperburuk kecenderungan hypersexual. Aplikasi kencan, media sosial, hingga ruang chat anonim menjadi tempat di mana impuls sesaat bisa langsung dipuaskan, memperpanjang siklus tanpa memberi ruang untuk refleksi atau penyembuhan.

Lalu, bagaimana cara mengenali bila seseorang, atau mungkin diri kita sendiri, mengalami hypersexual?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun