Kata gegana unik karena punya dua makna yang berbeda. Pertama, secara resmi, "Gegana" adalah bagian dari Korps Brimob Polri yang terkenal dengan kemampuan penjinakan bom, penanganan teror, hingga misi penyelamatan berisiko tinggi. Nama ini sering muncul di berita, terutama saat ada operasi besar yang menyangkut keamanan publik.
Namun di kalangan anak muda, gegana berkembang menjadi singkatan populer dari "gelisah, galau, merana". Makna ini jelas berbeda dengan versi resminya, tapi justru melekat kuat dalam percakapan sehari-hari. Di media sosial, kata ini dipakai buat menggambarkan kondisi hati yang nggak karuan. Misalnya, "Hari ini gue gegana banget gara-gara nilai ujian jeblok," atau "Kangen tapi nggak bisa ketemu, gegana abis." Kreativitas bahasa ini nunjukin kalau generasi muda punya cara khas untuk mengekspresikan diri dengan singkat tapi penuh makna.
Bahasa emang selalu berubah seiring zaman. Kata gegana membuktikan kalau bahasa bukan cuma alat komunikasi, tapi juga cermin perasaan. Dari konteks serius di ranah keamanan, sampai jadi istilah gaul untuk menggambarkan luka hati, semuanya sah dipakai sesuai kebutuhan.
Tapi gegana bukan cuma kata atau singkatan. Ia adalah rasa yang susah dijelasin. Bayangin lo duduk di bawah langit sore yang mendung. Angin lewat pelan, suara motor sesekali terdengar, tapi hati lo kosong. Rasanya kayak awan hitam numpuk di dada, berat tapi nggak bisa turun hujan. Itu namanya gegana.
Lo bisa tetap ketawa sama temen, bisa tetap aktif di kelas atau nongkrong, tapi jauh di dalam lo berjuang sendirian. Hidup jalan terus---makan, sekolah, tidur---tapi semua terasa hambar. Lo kayak robot yang ngejalanin rutinitas tanpa warna.
Yang bikin tambah pedih, kadang orang lain malah ngegampangin. "Udah lah, jangan lebay," atau "Masih mending lo, gue lebih parah." Padahal luka nggak butuh kompetisi. Setiap orang punya perang batinnya masing-masing. Yang keliatan tenang belum tentu bener-bener baik-baik aja.
Gue pernah ngerasain momen kayak gitu. Duduk sendirian, tatap kosong ke langit, merasa semua orang lewat tanpa peduli. Dan gue sadar, ternyata gegana itu bagian dari hidup. Semua orang pasti pernah ngerasain gelisah, galau, merana.
Tapi kabar baiknya, gegana nggak selamanya. Nggak apa-apa kalau hari ini lo lagi nggak kuat. Nggak apa-apa kalau lo butuh nangis atau diem sebentar. Itu bukan tanda lo lemah, justru itu tanda lo manusia.
Kalau lo lagi gegana, coba cerita ke orang yang lo percaya-percaya aja. Mulai aja dari kalimat sederhana: "Gue lagi nggak baik-baik aja." Kalau belum siap, nggak salah juga kalau lo milih nulis di buku, rebahan sambil denger musik, atau sekadar tarik napas panjang. Semua cara sah buat nenangin diri.
Dan buat kita semua, yuk belajar lebih peka. Jangan langsung ngecap orang lebay. Bisa jadi, orang yang paling sering bikin kita ketawa justru yang paling sering nangis diam-diam. Sedikit empati bisa jadi cahaya di tengah awan mendung orang lain.