Mohon tunggu...
SlemmersCuys
SlemmersCuys Mohon Tunggu... Lainnya - Ontologi

Seorang anak yang mencari ke abadian hidup...tapi boong

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjerit di Tengah Situasi Global

31 Maret 2020   22:54 Diperbarui: 31 Maret 2020   23:19 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Skema apa ini? Militerisme gaya baru kah atau ke-blunderan? Apa jangan-jangan jaman yang dahulu dilawan oleh segerombolan borjuasi kecil kembali lagi? Tidak ini tidak mungkin...Situasi nasional (darurat sipil) yang hari ini hadir menggaduhkan masyarakat ditengah situasi pandemik yang melanda dengan penuh ke khawatiran dengan iming-iming sebagai alternatif penanggulangan (tindakan represif) penyebaran pandemik itu. 

Kekhawatiran ini melanda pikiran ku apakah aku akan terjangkit atau tidak? sehingga saat ini aku berada pada posisi apakah aku biarkan orang lain meninggal dengan virus itu? atau aku bantu dia namun nanti aku akan terjangkit pula, sepertinya moralitas kehidupan ini sedang di uji? Nampaknya iyaa.

Situasi ini sedikit menceritakan pengalamanku yang pahit melihat anak seorang kakek bahwa dibawah ketidakmampuan kakek-kakek yang sudah berumur 74 yang tidak memedulikan anaknya lagi ia lebih rela mementingkan kepentingan pribadinya agar tetap dapat berdaya saing dan memperoleh kehidupan yang panjang, ketika anaknya rela dipukul dan dipentung karna ia anggap bahwa itu suatu perbuatan yang "halal" dan "legal", dengan tujuan agar anak itu dapat mematuhi si kakek tua tersebut (kebijakannya), supaya tidak terjangkit penyakit yang mematikan itu. 

Disamping hal itu ketika si anak menuruti apa yang di inginkan oleh sikakek, timbullah pertanyaan baru apakah sikakek dapat mencukupi kebutuhan primer sianak itu? Seperti layaknya menghidupi manusia yg hidup dipenjara. Jawabnya ia tidak mampu karna keadaan dapur nya sedang tidak beres atau berantakan dengan ditambahkan persoalan yang tidak di duga ini.

Dikumudian hari, pentungan dilayangkan sebagai bentuk penertiban dan sianak merasa kesakitan(terjerit) meminta pertolongan kepada sikakek, namun nampaknya sikakek malah membiarkan dan menutup semua sekat rumah dan tidak ada yang boleh keluar rumah sampai ruang-ruang yang bercelah ditutup rapat-rapat oleh tumpukan gula agar ada serdadu semut yang datang untuk menutupi hal itu (sebut saja dia tameng si kakek).

Cerita kakek tua itu membawa alam pikir ku untuk coba memikirkan apakah ini akan terjadi pada kehidupanku? Tuhan jawab, "ini yang sedang kau jalan bersiaplah kau untuk menerimanya ini adalah berkat-Ku..." Haaahhhh? Yang benar kau tuhan masa iya ini sedang ku alami? Tapi aku tidak merasakan sakitnya? Dan aku belum merasakan pentungan itu? Tapi yang mengganjal adalah teman-teman ku berkata ORBA telah datang dengan gaya baru!!!. 

Apakah ORBA gaya baru ini adalah rencana-Mu Tuhan? Tuhan jawab : "bukan rencana-Ku cukup sampai penyakit (Virus Korona) yang akan melanda anak si kakek itu jika ia bandal(dalam pengalamanku) supaya Umat manusia tidak menanggu ciptaan-Ku yang lain". Berarti Selebihnya adalah rencana manusia yang diskemakan seperti layaknya anjing hutan yang mengejar mangsa nya untuk di lahap (pementungan dengan iming-iming penertiban).

Hai sobat, nampaknya kita sedang mengalami darurat sipil atau darurat ketidakbecunasan terhadap penanggulangan bencana ya? Jika darurat sipil lebih baik aku yang miskin ini berdiam diri saja dirumah, sampai mati perlahan dengan kelaparan yang melanda, sebab tidak ada yang menjamin kebutuhan primer ku. 

Aku tak berdaya untuk mengetahui aku terjangkit atau tidak, untuk mengetahui itu aku harus bekerja, tapi dilain sisi aku sudah tidak boleh keluar rumah, karena nanti bisa dipukul biar tertib. Tapi apa kabar dengan waralaba berbasis kapitalisme yang mengundang orang hadir berbondong-bondong untuk membeli dan melakukan kontak, apakah memang pressure ini hanya ada pada aku yang miskin? 

Katanya perlindungan simiskin terhadap sikaya adalah diam dirumah saja, dan perlindungan si kaya terhadap si miskin adalah mencukupi kebutuhan primer si miskin dalam mempertahankan hidupannya. supaya tidak ada orang kaya yang terjangkit karna penyebaran pandemik dari tataran kaum miskin, secara teori labbeling ini menandakan peyebaran terbanyak ada pada setiap orang miskin. 

Apakah benar? Bukankah ini karna ulah si kaya yang membuat ia tergerus secara peronomian yang akhirnya dijauhakn oleh peradaban? Kalau begitu lebih baik aku melarikan diri untuk bermeditasi sejenak sampai tiba nanti mereka sudah banyak yang terkapar, ditengah Bungan edelweiss dan sejuknya mentari serta lantunan doa-doa atas kebodohan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun