Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dari GBK ke Riyadh, Diplomasi Sepak Bola Indonesia di Panggung Dunia

7 Oktober 2025   06:30 Diperbarui: 7 Oktober 2025   07:08 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapten timnas Jay Idzes memeluk Ole Romeny usai cetak gol ke gawang China di GBK, 5 Juni 2025. (KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA) 

Ketika Timnas Indonesia memandang laga kontra Arab Saudi (8 Oktober 2025) dan Irak (11 Oktober 2025) sebagai "final" menuju Piala Dunia, publik tentu memusatkan perhatian pada performa pemain, strategi pelatih, dan hasil akhir. 

Namun, di balik gemuruh tribun dan detak jantung para suporter, ada makna lebih besar yang mengintai: ini bukan sekadar pertandingan sepak bola, melainkan ajang diplomasi tak terucap di level global.

Sepak bola, bagi banyak negara, sudah lama menjadi alat soft power --- cara bagi negara menunjukkan citra, memproyeksikan kekuatan lembut, dan merekatkan hubungan antarnegara lewat medium yang bersifat emosional dan simbolik. 

Dalam konteks Indonesia, ketika para pemain mengenakan jersey Merah-Putih di Riyadh, mereka membawa bukan hanya semangat kompetisi, tetapi juga pesan diplomasi budaya untuk dunia.

Sepak Bola sebagai Alat Diplomasi 

Konsep soft power diperkenalkan oleh Joseph Nye sebagai kemampuan negara mempengaruhi pihak lain melalui daya tarik budaya, nilai, dan non-koersif. 

Di zaman modern, olahraga --- khususnya sepak bola --- telah menjadi salah satu medium paling efektif. Keberhasilan atau pertumbuhan sebuah tim nasional dapat memperkuat citra nasional, menarik simpati internasional, dan membuka jalur komunikasi di luar jalur diplomatik formal.

Dalam konteks Indonesia, penelitian terbaru menunjukkan bahwa sepak bola memiliki potensi kuat sebagai alat diplomasi publik. 

Misalnya dalam tulisan "Sepak Bola sebagai Soft Power: Potensi dan Dampak Naturalisasi Diaspora terhadap Diplomasi Publik Indonesia", penulis menyebut bahwa keberadaan pemain diaspora atau naturalisasi membawa efek positif: tidak hanya memperkuat tim dari sisi teknis, tetapi juga memperluas jejaring relasi budaya dan diplomatik negara asal pemain (Undip E-Journal).

Indonesia sendiri sejak beberapa tahun terakhir mulai menyadari bahwa sepak bola tidak boleh hanya menjadi urusan hiburan atau prestasi domestik semata. 

Dalam artikel "Soft Power Baru Indonesia di ASEAN melalui Sepak Bola", dinyatakan bahwa ketika pemain Indonesia bersinar di liga luar negeri, mereka menjadi "iklan berjalan" bagi bangsa: menyampaikan bahwa Indonesia punya talenta, mentalitas juang, dan kapasitas untuk bersaing di panggung global (KOMPASIANA).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun