Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Soejatin Kartowijono dan Politik Gender dalam Sejarah Sumpah Pemuda

19 Agustus 2025   17:18 Diperbarui: 19 Agustus 2025   17:18 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sujatin Kartowijono. (FOTO: Buku Perkembangan Pergerakan Wanita INdonesia/Yayasan Idayu, 1977 via tirto.id)

Jika kita melihat secara lebih luas, Sumpah Pemuda juga harus dibaca sebagai refleksi atas kondisi sosial-politik kolonial. Ia tidak hanya menandai semangat persatuan bangsa, tetapi juga menyingkap bagaimana perjuangan kebangsaan masih menyisakan ketimpangan gender. Soejatin adalah satu dari sedikit perempuan yang berhasil menembus batas itu. Keberaniannya membuktikan bahwa nasionalisme sejati seharusnya mencakup semua lapisan masyarakat, tanpa diskriminasi.

Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa konteks sejarah Sumpah Pemuda tidak bisa dilepaskan dari politik representasi. Representasi laki-laki begitu dominan, sementara representasi perempuan cenderung simbolik. Namun, simbol itulah yang justru membuka jalan bagi kesadaran kolektif baru: bahwa perempuan berhak mengambil bagian dalam membangun bangsa. Dan di situlah letak pentingnya mengingat kembali sosok Soejatin Kartowijono.

Soejatin Kartowijono: Profil dan Peran 

Soejatin Kartowijono lahir pada awal abad ke-20, dalam situasi kolonial yang penuh keterbatasan bagi kaum pribumi, khususnya perempuan. Tidak banyak catatan detail mengenai masa kecilnya, tetapi kita tahu bahwa ia adalah seorang pemudi yang berani, berpendidikan, dan memiliki kesadaran kebangsaan yang kuat. Pada usia 21 tahun, ketika sebagian besar perempuan seusianya masih diikat oleh norma domestik, ia hadir dalam salah satu forum paling bersejarah di tanah air: Kongres Pemuda II tahun 1928.

Kehadiran Soejatin tidak dapat dipandang sebagai kebetulan. Ia merupakan anggota aktif organisasi Jong Java, salah satu organisasi pemuda yang cukup berpengaruh pada masa itu. Keterlibatannya menunjukkan bahwa ia telah lebih dulu menembus ruang pendidikan dan organisasi yang relatif sulit diakses oleh perempuan. Dengan kata lain, sebelum masuk ke gelanggang nasionalisme, Soejatin telah terlebih dahulu membuktikan dirinya sebagai bagian dari generasi baru perempuan terdidik yang siap berkontribusi dalam wacana publik.

Pada Kongres Pemuda II, Soejatin hadir bukan sekadar sebagai penonton. Meski tidak mendominasi panggung pidato, kehadirannya adalah bentuk keterlibatan simbolis yang sangat penting. Ia membawa representasi bahwa perempuan juga memiliki hak suara dalam menentukan arah bangsa. Hal ini sangat signifikan, mengingat mayoritas peserta kongres adalah laki-laki muda dengan latar belakang pendidikan dan jaringan politik yang lebih luas.

Keterlibatannya dalam peristiwa Sumpah Pemuda juga tidak bisa dilepaskan dari peranannya di kemudian hari dalam Kongres Perempuan Indonesia, yang digelar pada Desember 1928. Jika Sumpah Pemuda menegaskan persatuan bangsa, maka Kongres Perempuan menegaskan persatuan kaum perempuan. Kehadiran Soejatin di kedua momentum itu menunjukkan konsistensi pemikirannya: bahwa perjuangan bangsa dan perjuangan perempuan tidak bisa dipisahkan, melainkan saling terkait dan saling memperkuat.

Lebih dari itu, kiprah Soejatin pada usia 21 tahun patut mendapat perhatian khusus. Dalam konteks kolonial, usia muda sering kali dianggap sebagai keterbatasan pengalaman. Namun, justru dari generasi muda inilah semangat perubahan lahir. Soejatin, sebagai pemudi, merepresentasikan harapan bahwa perempuan muda Indonesia tidak lagi terkungkung pada peran tradisional. Ia menembus batasan-batasan itu dan menunjukkan bahwa kebangsaan bukan monopoli gender tertentu.

Ada hal menarik dari jejak Soejatin yang sering luput dari narasi besar: ia adalah penghubung antara dua tradisi perjuangan, yaitu tradisi pergerakan pemuda dan tradisi pergerakan perempuan. Di satu sisi, ia hadir dalam Kongres Pemuda yang melahirkan nasionalisme inklusif. Di sisi lain, ia turut menggagas Kongres Perempuan yang menjadi cikal bakal kesadaran feminisme Indonesia. Perannya tidak bisa dianggap kecil, sebab dari jembatan itulah lahir benang merah yang menghubungkan nasionalisme dengan feminisme.

Meski demikian, nama Soejatin jarang muncul dalam buku teks sejarah sekolah. Yang lebih sering ditulis adalah tokoh-tokoh laki-laki, sementara perempuan hanya menjadi catatan kaki. Padahal, tanpa tokoh seperti Soejatin, sejarah Indonesia akan kehilangan gambaran utuh tentang perjuangan bangsa yang melibatkan semua gender. Hal ini menunjukkan adanya bias historiografi yang perlu dikritisi dan diperbaiki.

Kita juga perlu melihat peran Soejatin sebagai simbol resistensi terhadap norma sosial pada zamannya. Pada era kolonial, perempuan Jawa masih dibatasi oleh adat yang kuat. Perempuan jarang diizinkan tampil dalam ruang publik, apalagi dalam forum politik. Dengan hadir di Kongres Pemuda, Soejatin tidak hanya menantang struktur kolonial, tetapi juga menantang struktur patriarki tradisional. Itulah yang membuat sosoknya begitu penting dalam kajian politik gender.

Jika kita tarik garis ke belakang, peran Soejatin juga sejalan dengan gerakan perempuan yang lebih luas di awal abad ke-20. Kartini, misalnya, lebih dahulu membuka kesadaran tentang pentingnya pendidikan perempuan. Namun, Soejatin mengambil langkah lebih jauh: ia bukan hanya berbicara tentang pendidikan, melainkan turun langsung ke arena politik kebangsaan. Peran ini menjadikannya salah satu figur kunci dalam sejarah feminisme Indonesia yang masih jarang mendapat pengakuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun