Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Dewasa Itu Sepi, Tapi Tidak Harus Sendiri

28 Juli 2025   08:02 Diperbarui: 27 Juli 2025   20:33 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: dreamstime.com/Freepik)

Saya tidak tahu pasti kapan perasaan itu mulai muncul---perasaan sepi yang diam-diam datang di antara tumpukan kesibukan, rutinitas pekerjaan, dan obrolan singkat di grup WhatsApp. Tidak ada yang salah, tidak ada yang menyakitkan secara nyata. Tapi ada ruang kosong di dalam diri yang sulit dijelaskan.

Saya masih sering tertawa, masih bisa diajak hangout, masih terlibat dalam berbagai percakapan di kantor atau keluarga. Tapi di tengah semua itu, ada satu titik yang hening. Sebuah perasaan sepi yang datang tanpa perlu alasan, seperti lampu yang meredup pelan-pelan.

Dulu, waktu masih sekolah atau kuliah, saya membayangkan masa dewasa sebagai masa yang penuh kebebasan. Tidak perlu izin orang tua, bisa memilih jalan sendiri, bisa punya uang sendiri. 

Tapi yang tidak pernah saya duga adalah bahwa kebebasan itu datang bersama keheningan. Bersama jarak. Bersama rasa kehilangan yang bahkan tidak punya bentuk yang jelas.

Semakin dewasa, lingkar pertemanan menyempit. Tidak ada lagi waktu untuk nongkrong berjam-jam tanpa tujuan. Tidak ada lagi obrolan panjang larut malam setiap hari. 

Semua sibuk. Semua punya urusannya masing-masing. Bahkan saat sedang sama-sama online, tidak berarti bisa saling bicara.

Saya paham itu. Saya juga sibuk. Tapi tetap saja, kadang saya rindu. Rindu pada masa di mana hubungan terasa lebih dekat, lebih hangat, lebih ringan. Bukan karena kita tak punya waktu, tapi karena dulu rasanya dunia belum sepadat ini.

Yang paling mengejutkan dari kedewasaan adalah kesendirian yang diam-diam datang, bahkan saat kita dikelilingi banyak orang. Kita bisa merasa asing di tengah keramaian. Kita bisa merasa tidak didengar meski sedang bicara. Kita bisa merasa jauh dari orang yang kita cintai, meski berada satu atap.

Tapi mungkin, kesepian adalah bagian dari menjadi dewasa. Mungkin ia datang bukan untuk ditolak, tapi untuk dikenali. Dan dari sana, kita bisa belajar membangun ulang koneksi---bukan hanya dengan orang lain, tapi juga dengan diri sendiri.

Dari Ramai Menuju Dalam

Saya sempat berpikir bahwa kesepian adalah tanda bahwa ada yang salah dalam hidup saya. Tapi semakin saya bertumbuh, saya mulai melihatnya dengan cara yang berbeda. Kesepian bukan tanda kegagalan, tapi pertanda bahwa kita sedang memasuki ruang yang lebih dalam dalam hidup ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun