Mohon tunggu...
Liza Irman
Liza Irman Mohon Tunggu... -

Saya suka menulis, itu saja...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

PIPPI, Tokoh Imajinasi Astrid Lindgren yang Bikin Saya Iri Tingkat Tinggi!

20 Juni 2016   12:59 Diperbarui: 20 Juni 2016   13:35 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bintang & Lintang, kedua anak kembar saya lagi gandrung banget sama Pippi Langstrump.

Setiap malam sebelum tidur, mereka minta dibacakan buku Pippi. Gak tanggung-tanggung...satu malam, satu bab. Lumayan seret juga nih tenggorokan!

Buat generasi 90-an, siapa sih yang gak kenal Pippi "si kaus panjang"? Nama panjangnya Pippilotta Viktualia Gorden Tirai Permen Efraimputri Langstrump. Dia anak perempuan berumur 9 tahun yang kocak dan periang dengan wajah penuh bintik-bintik coklat dan rambut semerah wortel yang dikepang dua. Pakaiannya unik! Dia sendiri yang membuatnya. Warnanya kuning telur, tapi karena gak cukup bahan...celana pendeknya yang berwarna biru polkadot jadi kelihatan. Kaus kakinya warnanya gak sama. Yang satu warna hitam, sedangkan sebelah lagi warna kuning garis-garis hitam. Dia memakai sepatu hitam yang ukurannya dua kali lebih besar dari ukurannya. Sepatunya dibelikan ayahnya supaya kaki Pippi bisa tumbuh bebas di dalamnya.

Ayahnya nakhoda kapal yang mengarungi samudra luas. Dulu Pippi selalu ikut berlayar, tapi suatu saat kapal layar ayahnya dilanda badai sehingga ayahnya terseret ombak dan lenyap. Tapi Pippi yakin ayahnya gak mungkin mati tenggelam. Menurut Pippi, ayah Efraim pasti terdampar di pulau yang didiami penduduk asli berkulit hitam dan diangkat jadi raja pulau itu.

Kalau ibunya memang sudah meninggal ketika Pippi masih bayi. Tapi kata Pippi, ibunya sekarang ada di langit dan memandangnya lewat lubang kecil di dasar langit. Pippi sering melambai ke atas sambil berkata, "ibu tidak usah khawatir. Aku bisa mengurus diriku sendiri!"

Itu memang benar. Pippi sekarang tinggal sendirian di Pondok Serbaneka, rumah tua di tengah pekarangan yang gak keurus, yang dibeli ayahnya di Swedia bertahun-tahun lalu. Yaa...gak sendirian juga sih. Dia tinggal bareng monyet kecilnya yang bernama Tuan Nilson dan seekor kuda yang selalu berdiri di beranda. "Yaa...soalnya kalo ditaruh di dapur, paling-paling cuma menghalangi jalan orang." Kata Pippi pada Annika yang terheran-heran. Annika ini adalah tetangga Pippi yang tinggal bersama saudaranya, Thomas dan kedua orangtua mereka. Waktu Pippi masih berlayar, mereka sering berkeluh kesah, "sayang ya, rumah itu kosong. Seharusnya rumah itu didiami keluarga yang punya anak." Kata mereka bosan.

Dan impian mereka terwujud. Sekarang sudah ada Pippi yang selalu bersama mereka mengalami berbagai petualangan seru. Mencari harta, nonton sirkus, ke pasar malam, masuk ke dalam rongga pohon, terdampar di pulau dan bahkan berlayar ke Taka Tuka, negeri tempat ayah Pippi menjadi raja orang hitam.

Membacakan Pippi buat kedua anak saya, jadi membangkitkan kembali kenangan lama. Sebenarnya waktu kecil, saya iri banget sama kehidupan Pippi. Rasanya pasti asik sekali tinggal sendirian tanpa orangtua. Tidak ada yang menyuruh ini itu dan bisa bebas melakukan apa aja semaunya. Bebas main sepuasnya tanpa ada yang mengatur-ngatur. Apalagi ayahnya mewarisi satu peti penuh dengan uang emas, jadi gak perlu susah-susah kerja buat cari duit dan gak sengsara karena kelaparan. Juga gak perlu sekolah dan berada dalam kepusingan soal-soal mitamitik -begitu Pippi menyebutnya. Duhh...asiknya!!

Tiba-tiba lamunan saya dikagetkan dengan suara toa Lintang, "Kalau udah besar nanti, adek juga mau jadi bajak laut kayak Pippi, Bun!" teriaknya bersemangat. Hahahaha...sayapun kembali teringat sesuatu. Jadi Bajak Laut itu, juga merupakan salah satu cita-cita saya waktu masih kecil.

Ahhhh...indahnya masa kecil!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun