Mohon tunggu...
Danu Yanuar Saputra
Danu Yanuar Saputra Mohon Tunggu... Sarjana Ilmu Pemerintahan Fisip Unpad, Magister Terapan Ilmu Pemerintahan Pascasarjana IPDN

Sebagai Pembelajar, Pembaca, Pemikir, dan Peneliti.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Elit Intelektual: Identifikasi Terminologi Secara Komprehensif

23 Februari 2025   07:07 Diperbarui: 23 Februari 2025   07:07 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Elit Intelektual: Identifikasi Terminologi Secara Komprehensif

Oleh: Danu Yanuar Saputra

Konsep "elit intelektual" telah berkembang seiring berjalannya waktu, dimulai dari pemikiran para filsuf Eropa pada era Pencerahan hingga peranannya di masyarakat modern. Secara historis, istilah ini merujuk pada kelompok orang yang memiliki akses khusus kepada pendidikan, pengetahuan, dan kekuatan simbolik untuk mempengaruhi arah pemikiran dan kebijakan publik. Dari awalnya, elit intelektual dipandang sebagai garda terdepan dalam membentuk wacana budaya dan politik, meskipun peran dan legitimasi mereka seringkali menjadi bahan perdebatan.

Dalam konteks data dan definisi, penelitian menunjukkan bahwa meskipun kelompok elit intelektual hanya mencakup sebagian kecil populasi, pengaruhnya terhadap opini publik dan kebijakan nasional sangat signifikan. Berdasarkan survei dari beberapa lembaga riset, individu dengan latar belakang akademis dan keahlian khusus cenderung memiliki akses lebih besar terhadap posisi strategis di pemerintahan, media, dan lembaga pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa terminologi "elit" mengandung makna eksklusif, sementara "intelektual" menegaskan keunggulan dalam ranah pemikiran dan analisis kritis. Meski demikian, kritik terhadap istilah ini juga muncul, dengan sejumlah pihak menilai bahwa label tersebut dapat menciptakan jarak antara para pemikir dan realitas kehidupan masyarakat umum.

Secara teoretis, pengidentifikasian elit intelektual tak lepas dari pandangan para pemikir besar. Antonio Gramsci, misalnya, membedakan antara "intelektual tradisional" yang mempertahankan status quo dan "intelektual organik" yang tumbuh dari kelas pekerja dan berperan aktif dalam perubahan sosial. Menurut Gramsci, elit intelektual tidak semata-mata merupakan kelompok homogen; melainkan mereka merupakan agen perubahan yang mampu mengartikulasikan aspirasi masyarakat melalui bahasa dan budaya. Pemikiran ini membuka ruang untuk melihat elit intelektual sebagai kekuatan yang dinamis, baik dalam mempertahankan maupun menantang struktur kekuasaan yang ada.

Pierre Bourdieu juga memberikan kontribusi penting dengan konsep "modal budaya" dan "kekuasaan simbolik". Bourdieu menjelaskan bahwa elit intelektual memiliki akses terhadap sumber daya budaya yang memungkinkan mereka membangun legitimasi dan mempengaruhi struktur sosial. Dengan menguasai bahasa, simbol, dan institusi pendidikan, kelompok ini tidak hanya menyebarkan pengetahuan, tetapi juga menegaskan posisi mereka dalam hierarki sosial. Konsep ini memperkaya pemahaman kita tentang bagaimana elit intelektual beroperasi sebagai penjaga nilai dan norma yang membentuk masyarakat modern.

Selain itu, perlu dicatat bahwa terminologi "elit intelektual" juga kerap dikaji dalam konteks kritis oleh para pemikir kontemporer. Mereka menyoroti bahwa dalam era globalisasi dan digitalisasi, batas-batas antara elit dan masyarakat umum semakin kabur. Media sosial, misalnya, telah memungkinkan penyebaran ide dan pengetahuan secara lebih demokratis, sehingga peran tradisional elit intelektual mengalami transformasi. Meski demikian, keunggulan dalam hal keahlian dan kapasitas analisis tetap memberikan mereka posisi strategis dalam pembentukan wacana publik.

Dengan demikian, secara komprehensif, istilah "elit intelektual" mencakup suatu kelompok yang memiliki keunggulan dalam pendidikan, pengetahuan, dan akses terhadap kekuasaan simbolik. Mereka memainkan peran penting dalam mengarahkan diskursus budaya dan politik, meskipun peran tersebut tidak lepas dari kritik terkait keterasingan dan eksklusivitas. Identifikasi terminologi ini harus dilihat dari dua sisi: sebagai sumber inovasi dan perubahan, serta sebagai potensi pemisah antara dunia pemikiran dan realitas masyarakat luas.

Sebagaimana pepatah Latin mengatakan, Per aspera ad astra---"Melalui kesulitan menuju bintang-bintang." Istilah elit intelektual, dalam segala kompleksitasnya, mengingatkan kita bahwa dalam perjalanan menuju kemajuan dan pencerahan, tantangan dan kritik selalu ada, namun mereka juga memacu lahirnya ide-ide baru yang mampu menerangi masa depan.

Anda bilang:
Lebih komprehensif dari bahasa aslinya dan pertama kali disebutkan, lalu sejarah kata elit intelektual hingga ke indonesia, secara kbbi, sejarah, dll
Sudah menalar selama 17 detik
Elit Intelektual: Asal-usul, Sejarah, dan Perkembangan Terminologi Hingga ke Indonesia

Oleh: Danu Yanuar Saputra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun