Mohon tunggu...
Lita DesyanaFasin
Lita DesyanaFasin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru Bimbingan dan Konseling di SMKN 1 Ampelgading

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Sahabat Siswa Mudahkan Proses Konseling Guru BK

6 Desember 2022   13:10 Diperbarui: 6 Desember 2022   13:16 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Konselor (guru BK) adalah seseorang yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik disatuan pendidikan. Konselor (guru BK) merupakan salah satu profesi yang termasuk kedalam tenaga kependidikan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional maupun tentang guru dan dosen.

Guru BK tidak hanya menangani siswaa-siswa yang bermasalah. Layanan yang dilakukan guru BK ditujukan kepada seluruh siswa, baik yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah. BK berupaya mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa, mencegah timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, baik pada saat ini maupun masa mendatang (Achmad Juntika Nurihsan : 2006).

Seiring banyaknya kesulitan yang dialami siswa atas perkembangan pribadinya, guru BK dituntut untuk mengoptimalkan fungsi perannya sebagai ajang curhat siswa. Namun guru BK dalam menjalankan tugasnya mempunyai tantangan. Tantangan tersebut yaitu guru BK dianggap sebagai polisi sekolah, hakim, maupun guru yang senang mencari-cari kesalahan siswanya. Hal itu membuat siswa takut bahkan menghindar dari guru BK. Siswa menganggap bahwa siapapun yang dipanggil guru BK adalah siswa yang bermasalah atau siswa yang nakal.

Selama ini guru BK belum benar-benar diberdayakan dalam membantu siswa mengatasi masalah dan merangcang masa depannya. Selain terpaku dalam menjalankan tugas sekolah seperti mengurus siswa yang bermasalah, guru BK juga kerap menunjukkan ekspresi dan sikap yang tidak bersahabat. Fenomena seperti ini sering kita saksikan di banyak sekolah yang ada. Masih banyak guru BK yang berpandangan bahwa siswa harus disiplinkan dengan cara-cara yang kasar. Seperangkat aturan yang dibuat agar dapat mendisiplinkan siswa diterapkan oleh guru BK, dan siapa yang melanggarnya akan mendapatkan sangsi. Semua itu menjadi warisan turun-temurun guru BK.

Ini terjadi karena masih benyak guru BK yang latar belakang pendidikannya bukan dari bimbingan dan konseling asli. Mereka guru mata pelajaran yang kekurangan jam mengajar dan mengambil jalan pintas untuk nenambah jam dengan menjadi guru BK. Tentu saja mereka yang bukan dari atar belakang bimbingan dan konseling tidak mengetahui apa BK itu sebenarnya, tidak mengetahui kode etik konselor, dan tidak mengetahui teori-teori konseling yang ada.

Hal ini merupakan tantangan yang sangat menghambat dan mengganggu guru BK dalam menjalankan tugasnya sebagai konselor (mengnangani masalah siswa). Karena berhasil tidaknya proses konseling tergantung pada terjalinnya hubungan yang baik antara guru BK dan siswanya.

Untuk mengubah pemikiran siswa yang seperti itu, guru BK harus mencari solusi dengan pendekatan "menjadi sahabat siswa kapan saja dan di mana saja". Guru BK berusaha untuk menampilkan probadi yang terbuka kepada siswa, menyapa siswa terlebih dahulu, dan tetap tersenyum ramah kepada setiap warga sekolah tanpa membeda-bedakan satu sama lain. Dengan sikap seperti itu, siswa dapat melihat dan merasakan bahwa guru BK dapat terbuka dan menerima kepada siapa saja. Guru BK harus menerima permasalahan siswa apa adanya dan menjadi teman siswa.

Apabila mendapati siwa yang ketakutan masuk keruang BK, konselor harus pintar-pintar mencari jalan keluar. Misalnya dengan mengajak siswa tersebut bercerita di mana saja yang dianggap nyaman. Dengan keadaan tersebut siswa tidak akan merasa divonis dan mau mengungkapkan masalahnya dengan apa adanya tanpa rasa takut. Pendekatan ini sangat baik karena siswa akan merasakan diterima. Dalam bergaul dengan siswa, guru BK harus tampil apa adanya, tidak jaga image, sehingga siswa dapat merasakan gurunya. Guru senantiasa membangun suasana akrab dengan siswa di manapun dan kapanpun.

Untuk menjadi sahabat siswa yang baik, seorang guru BK juga harus memiliki sikap empati, dimana guru BK dapat merasakan dan menilai apa yang dirasakan dan yang dialami siswa. Dalam posisi dimana guru BK bersikap empati akan muncul sikap pada diri siswa untuk dapat berbicara tentang rahasianya. Siswa akan berani mengungkapkan perasaan terdalamnya dan sesuatu yang dianggap mengerikan atau yang sangat pribadi yang tidak mungkin dibicarakan dengan orang lain.

Seorang konselor juga harus mengetahui ketrampilan. Agar ketrampilan yang dimiliki konselor dapat berjalan dengan efektif maka perlu ada dukungan berupa sikap konselor/psikoterapis. Yang paling mendasar dalam membentuk proses konseling yang efetif yaitu, dimana seorang konselor harus menerima klien apapun keadaannya. Sikap penerimaan sangat penting agar klien merasa dihargai dan menjadi percaya dengan konselor.

Semua itu harus dilakukan guru BK untuk menjadi guru yang professional. Menjadi guru BK juga diperlukan memiliki kesadaran dalam melakukan pekerjaan dengan menampilkan keutuhan pribadi seorang konselor. Dimana seorang konselor harus mempunyai kualitas pribadi yang baik. Cavanagh (1982) mengemukakan kualitas tersebut meliputi : Pemahaman diri, kompeten, memiliki kesehatan psikologis yang baik, dapat dipercaya, jujur, kuat, hangat, responsif, sabar, sensitif, dan memiliki kesadaran yang holistic.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun