Menjadi seorang caleg adalah impian banyak orang. Mulai yang berprofesi sebagai dosen, guru, pengusaha, musisi, artis, pak RT atau pak RW, pedagang, pegawai bahkan pengangguran sekalipun ingin menjadi caleg. Semua bukanlah hal yang mustahil, karena begitu mudahnya untuk menjadi seorang caleg dari partai-partai yang mengusung nama mereka. Sehingga membuat banyak para caleg yang diragukan kredibilitasnya di dunia politik. Kalo sudah begini siapa yang perlu disalahkan. Dan akan seperti apa nasib masa depan pemerintahan negara kita. Lantas siapa yang akan disalahkan?
Lounching dan bedah buku PERSONAL BRANDING (kunci kesuksesan berkiprah didunia politik) oleh Dewi Harun. Minggu, 6 april 2014 di Gramedia Matraman. Dengan narasumber Prof.DR Din M Syamsudin (ketua umum MUI), Prof. DR Hamdi Muluk (guru besar psikologi Universitas Indonesia), Dwiki dharmawan (musisi) dan harus nya ada juga Abraham Samad namun beliau berhalangan hadir dengan di moderatori oleh Alvin Lie, di Gramedia Matraman menjawab semua persoalan diatas.
Buku ini tidak serta merta membuat seseorang mampu menjadi Personal Branding sukses. Karena Branding itu hanyalah tools atau alat pendukung, namun sesorang harus sudah memiliki minimal 60% standar dasar yang didukung 3 syarat yang ditentukan oleh penulis yang juga berprofesi psikolog lulusan dari Universitas Indonesia yaitu :
1. Memiliki karakter yang Jelas
2. Mempunyai kompetensi yang bisa memutuskan sesuatu dengan bijak
3. Memiliki kekuatan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik lagi.
Dan seorang pemimpin (dalam hal ini caleg), selayaknya harus memilki beberapa syarat berikut ini:
1. Kemampuan memimpin
2. Kemampuan memilih rekan kerja atau tim yang tepat
3. Kemampuan menciptkan budaya yang baik
4.Tidak mudah dikendalikan oleh orang lain, alias mempunyai prinsip yang kuat
***
Komentar para bintang tamu
1. Prof. DR Din M Syamsuddin
Personal Branding adalah hal yang manusiawi untuk dilakukan mengingat manusia itu need asosiasi dan need afiliasi. Ini adalah hal yang naluriah, secara psikologi dan agama membenarkan untuk memperkenalkan diri. Dan manusia memiliki ego untuk menampilkan keakuannya. Hal seperti ini dianggap sah dan absah. Disela candaanya pak Din mengatakan bahwa ini tidak ada kaitannya dengan sertifikat halal. Dan sontak seluruh hadirin tertawa.
Branding terkesan manipulatif karena seseorang berupaya memoles dirinya sedemikian rupa sehingga orang melihat sesuatu menjadi lebih menarik. Ilmu seperti ini penting namun jangan sampai kehilangan nilainya. Demikian disampaikan oleh pak Din Syamsudin.
2. Prof. DR Hamdi Muluk
Hal yang berbeda disampaikan oleh prof. DR Hamdi Muluk. Bahwa branding tidak identik dengan iklan atau reklame jadi branding tidak sama dengan manipulasi. Branding personal lebih pada pengembangan diri. Jika seseorang mampu mengembangkan dirinya, mengeksplor dirinya dan memoles dirinya maka dia sukses menbranding dirinya. Banding yang berhasil adalah jika orang mampu menceritakan atau menarasikan seseorang dengan baik. Perlu konsistensi, kompetensi kualitas nasional, karyanya banyak sehingga narasi yang muncul dalam bentuk positif.
3. Dwiki Dharmawan
Selama 30th menggeluti dunia musisi dan secara otomatis branding itu terbentuk dari karya2nya dan prestasinya sebagai musisi. Sehingga ketika dia caleg (calon legislatif) beliau tidak ingin menjadi orang lain. dalam artian tidak perlu melakukan hal2 lain untuk bisa dikenal oleh konstituen.
Disamping itu 8 orang hadirin juga diberikan kesempatan untuk bertanya. Berbagai pertanyaan dilontarkan oleh ke delapan orang hadirin. Namun secara gamblang penulis yang akrab disapa uni itu yang kebetulan memang berasal dari sumatra barat menjawab dengan simple yaitu " beli bukunya". Semua yang hadir pun tertawa spontan mencairkan suasana. Aku sempat berfikir bahwa buku ini telat diterbitkan. Mengingat 3hari lagi pemilihan umum legislatif akan berlangsung. Sehingga tidak memberi kesempatan kepada para caleg-caleg untuk membranding dirinya sesuai dengan apa yang ditulis oleh uni wita atau dewi harun ini. Ternyata banyak juga yang berfikir seperti itu sehingga dan meskipun ditidak di ungkap melalui sesi pertanyaan, uni wita langsung menjawab pertanyaan yg ada dibenak banyak orang. Bahwa buku ini dia rasa tidak terlambat, karena buku ini diperuntukkan bagi caleg2 di 5 tahun kedepan. Agar lebih mantap dalam mempersiapkan dirinya dan sukses menjalankan Branding Personal sesuai dengan yang dituangkan dalam buku tersebut.
Diakhir acara ada sebuah kata mutiara dari penulis
“LEBIH BAIK MENYALAKAN LILIN, DARI PADA MENGUTUK KEGELAPAN”