Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Tujuh Belas(an)

9 Agustus 2015   18:01 Diperbarui: 14 Agustus 2020   09:55 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiap orang punya tanggal spesial, ntah itu namanya tanggal lahiran , tanggal jadian sampai tanggal pernikahan. Pun sebuah negara, yang ternyata memiliki tanggal spesial yang tak akan luput untuk minta dirayakan.  Seperti yang akan terjadi pada bulan ini, dimana pada salah satu tanggalnya perayaan itu ada. Tujuhbelas(an).  

Ya, bagi Indonesia tanggal tujuh belas bulan agustus terkandung nilai historis yang tidak akan pernah dilupakan sepanjang perjalanan menjadi sebuah negara. Tujuh puluh tahun  sudah, kita memploklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Menjadi bulan yang spesial, tak heran membuat agustus selalu membawa suasana yang berbeda dari bulan yang lain. Berbagai macam kegiatan untuk menyemarakkan hari kemerdekaan pun dipersiapkan. Tak kenal  desa atau kota- miskin kaya- tua muda, kemerdekaan adalah milik semua masyarakat Indonesia. Orang-orang  mulai sibuk membuat tiap sudut lingkungannya lebih meriah dari sebelumnya, mulai mencari bendera di lemari yang kadang ketlingsut (bahasa jawa : hilang)  , memasang bendera merah putih dan warna warni sampai mengecat sisi jalan kanan-kiri. Suasana khas tujuhbelasan yang sayang hanya bertahan sebulan.

Hal-hal yang dirindukan dari Agustusan

Hari ini hari minggu, jalan santai di perumahan saya tinggal sudah dilaksanakan. Seperti gunting pita yang dilakukan untuk membuka sebuah gedung baru, jalan santai ini pun memiliki arti demikian,  sebagai pembuka acara tujuh belasan yang lainnya. Dua tahun belakangan, saya tidak lagi mengikuti acara jalan santai ini dan rasanya kok kangen juga. Kangen dapat doorprizenya! 

Selain jalan santai, ada juga perlombaaan yang selalu dirindu kedatangannya. Kali ini bukan hadiahnya lagi, tetapi rasa kebersamaan bersama teman-teman sepermainan yang tercipta. Lomba pecah air yang membuat kita jalan kemana-mana , memasukan pensil dalam botol yang butuh konsentrasi ekstra , makan kerupuk yang bikin gemes, rela menjadi cemong-cemong saat mengambil koin di buah pepaya yang  dilumuri oli campuran minyak jelantah, menjadi geli-geli saat harus memindahkan belut, sampai terluka karena jatuh diperlombaan lomba balap karung. Ah, iya saya bukan anak kecil lagi. Lomba-lomba itu  hari ini hanya bisa saya kenang dan saya rayakan di dalam hati saja. 

 

Tujuh belasan pun selalu berhasil membawa saya pada kenangan lain. Saya akan selalu ingat , bahwa agustus adalah bulan dimana saya dan teman-teman untuk latihan lebih ekstra, latihan menari untuk tampil di panggung. Mengisi acara di panggung tujuh belasan sudah saya lakukan semenjak bangku taman kanak-kanak sampai kelas enam SD. Saya ingat,  lagu  milik trio kwek-kwek  adalah yang paling idola dijadikan iringannya.Tak hanya itu, menari melayu sampai menari india pun sempat saya lakukan bersama teman-teman sepermainan. 

Bahkan, di tahun 2006 (kalau tidak salah ingat), di perumahan ini pernah membuat drama kolosal sampai menggunakan pelatih teater. Mengusung tema perjuangan Indonesia sampai merdeka, anak-anak berperan menjadi penduduk pribumi yang lari terbirit-birit ketika penjajah datang sedangkan bapak-bapak menjadi si penjajahnya. Seruu !!!  Ya, perumahan tempat saya tinggal selalu mempunyai cara untuk merayakan kemerdekaan, setidaknya selama saya menghabiskan masa SMA. Ntah empat tahun yang belakangan ini.

Pada lomba-lomba itu terkandung makna, bahwa untuk menjadi seorang pemenang butuh perjuangan. Begitu juga meraih kemerdekaan. Kegiatan seperti jalan santai ataupun pentas tujuh belasan mengingatkan ada  yang harus di jaga meski sudah  merdeka,rasa kebersamaan antar warga.

Hari ini, Kita Bukan Lagi Soal Kolonial

Hari ini, kita telah berdiri di bumi pertiwi yang mandiri, yang berhak melakukan apa saja tanpa perlu takut ada ultimatum dari penjajahan bangsa kolonial, tanpa perlu mengendap-endap dengan sebilah bambu runcing untuk perang gerilya dan tanpa perlu takut lagi mengibarkan bendera. Tugas kita hari  ini berbeda, tugas yang jauh lebih sulit dari mendapatkan yaitu mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.

Bersyukurlah kita terlahir disaat Indonesia telah memiliki label merdeka. Namun meski begitu, tak lantas kita melupakan perjuangan pendahulu yang rela menyerahkan jiwa dan raga. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Maka sudah sepatutnya kita menundukan kepala sejenak, mengheningkan cipta bagi para pejuang yang telah mendahului. Mengirimkan rapalan doa agar mereka senantiasa diberikan tempat terbaik disisi-Nya. Amin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun