Tidak hanya soal dunia merah muda, persoalan remaja yang tidak kalah penting diperhatikan adalah masalah gizi.
Tidak kalah penting dari periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), pemenuhan gizi pada periode remaja perlu diperhatikan pula. Masalah gizi pada remaja yang dibiarkan terus-menerus dapat mengakibatkan peningkatan kerentanan terhadap penyakit di usia dewasa pun dapat berdampak pada generasi yang dilahirkan.
Anemia dapat diketahui dari rendahnya kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah. Pada laki-laki normalnya di angka 13 gram/dl dan perempuan di angka 12 gram/dl.
Masalah anemia yang tidak hanya bisa terjadi pada remaja putri, remaja putra pun punya peluang untuk menderita. Akan tetapi, jumlahnya memang tidak sebanyak pada remaja putri.
Menurut Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja diketahui sebesar 32 persen. Data ini dapat diartikan bahwa 3-4 dari 10 remaja mengalami anemia. Angka yang cukup mengkhawatirkan bukan?
Terlebih jika yang mengalami remaja putri, di mana mereka akan menjadi calon ibu yang melahirkan generasi berikutnya. Bukan hanya berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) pun berdampak pada keselamatan Ibu saat melahirkan. Anemia yang akan berdampak panjang mulai dari Ibu yang mengandung, anak yang akan dilahirkan, sampai sang cucu nanti.
Bukan berarti pemerintah belum melakukan usaha untuk mengatasinya, salah satu intervensi spesifik yang sudah dilakukan pemerintah adalah pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri.
Tablet yang diberi nama tambah darah karena istilah anemia lebih familiar dengan sebutan kurang darah. Tabet yang sebenarnya berisi zat besi dan asam folat. Pemberian TTD menjadi penting bagi kalangan remaja putri sebab zat besi menjadi zat gizi yang rentan hilang saat terjadi menstruasi.
Usaha pemberian TTD pada remaja perlu dibantu masyarakat -kita- dalam pelaksanaannya, terlebih dikondisi pandemi yang membuat semua menjadi dibatasi seperti proses belajar di rumah yang menyebabkan pendistribusian TTD yang biasanya dilakukan di sekolah menjadi disesuaikan dengan kebijakan masing-masing.
Tidak hanya mengandalkan TTD saja, mengkonsumsi makanan yang mengandung besi juga disarankan. Menurut sumbernya, zat besi dibagi menjadi dua yaitu heme dan non-heme.
Sumber zat besi heme bisa ditemukan pada makanan hewani seperti daging, ayam, dan hati. Sedangkan sumber zat besi non-heme bisa ditemukan pada makanan nabati seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, dan buah-buahan.