Nah, kembali soal pembahasan. Setelah membaca habis, coba pikirkan apakah tulisan tersebut terlihat terlalu bagus untuk menjadi nyata? Misal adanya pernyataan bahwa dengan memakan makanan A sebanyak sekian kali dalam sehari, maka siapapun akan terhindar dari penyakit corona?
Seperti yang saya dapat dari chatbot u-report, sampai saat ini belum ada pengobatan khusus yang direkomendasikan untuk mencegah atau mengobati virus corona yang baru ini. Jadi jika ada informasi yang menyebutkan bisa melakukannya, itu tidak benar.
Ini baru salah satu contoh, ya.
2. Banyak membaca dan mencari tahu informasi dari sumber terpercaya
Masih berhubungan dengan poin sebelumnya. Jangan malas membaca. Hauslah informasi tentang corona. Hanya saja pastikan bacaanmu itu bersumber dari sumber yang dapat dipercaya. Jika malas membaca, silakan memantau berita di televisi.
Semakin kamu banyak tahu soal corona, harapannya semakin baik pula pemahaman yang kamu dapatkan. Menjadi tahu mana yang benar dan mana yang hanya omong kosong, doang. Jadi makin pintar mana bedanya hoaks dan mana yang tidak.
Silakan akses informasi terkait fakta-fakta corona dari laman resmi WHO, di sini.
3. Stop yang salah, berhentilah dikamu
Kita memang tidak bisa menghilangkan seluruh berita hoaks soal corona. Tapi setidaknya kita bisa kok untuk memilih tidak menyebarkannya. Memutuskan rantai penyebaran. Mulailah dari whatsapp keluarga, misalnya. Jika kamu menemukan hal yang salah, bicarakanlah baik-baik kalau informasi tersebut jangan dipercaya dulu.
Informasi yang tidak benar soal corona tidak hanya membuat kita resah, pun membuat kita bisa saja jadi salah melangkah. Apalagi hal-hal semacam ini justru lebih mudah untuk menjadi viral ketimbang hal-hal yang sebenarnya benar.
Namun, jangan mau kalah dengan informasi hoaks yang bermunculan, karena peran kita bisa sangat berdampak, kok. Dengan cara tidak ikut menyebarkannya alias berhenti di kamu saja.