Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Balik Senyum Simpul Bu Wahini, Istri Penjaga Masjid yang Sayang Keluarga

10 Juli 2019   08:54 Diperbarui: 10 Juli 2019   09:01 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri | Senyum Bu Wahini

Bu Roto adalah Bu Wahini

Seperti kebanyakan nama panggilan ibu-ibu yang selalu diambil dari nama suami, begitu juga beliau. Nama lengkapnya Wahini, namun lebih dikenal dengan Bu Roto, Istri dari Pak Roto -seorang marbut masjid kami-

Istri yang Selalu Mendukung Suami dan Keluarganya

Usianya memang tidak muda lagi, sudah 58 tahun. Namun bukan berarti beliau cukup menunggu sebagai ibu rumah tangga semata, kegiatan di luar pekerjaan rumah masih sanggup beliau lakoni. Seperti membantu suami turun ke sawah, memastikan tanaman yang beliau  tanam bisa jadi tumbuh.

Apalagi kali ini lahan yang ada bisa ditanami tembakau. Meski dengan sistem paron, bagi hasil antara petani dan pemilik tanah, rasanya Alhamdulilah.

Selain sebagai istri, beliau adalah ibu dari dua anaknya. Namanya Atun (20) dan Achmad (17). Anak yang pertama memang sedang tidak tinggal di rumah beberapa tahun belakangan ini karena memilih untuk mengadu nasib di negeri seberang, Malaysia. Sedangkan anak kedua masih bersamanya, masih sekolah di salah satu sekolah kejuruan yang cukup terkenal di kota kami, Temanggung.

Sebagai seorang Ibu tentu tidak mudah melepas anak perempuan menjadi jauh. Beda kota saja sudah rindu, apalagi beda negara yang membuat tidak selalu bisa menjadi tatap muka.

Untunglah anak perempuan beliau masih tetap mengingat keluarga dengan menyempatkan cuti meski tidak bisa dilakukan tiap tahun. Beliau cuma modal kepercayaan, percaya bahwa anaknya akan baik-baik saja.

Berpisah jauh memang susah. Namun demi kebaikan anak, beliau mulai mencoba mengambil sisi manisnya perjuangan anak dari seberang sana yang sudah mulai bisa membantu kedua orangtuanya, juga adik yang masih menuntut pendidikan di bangku sekolah

Menjadi jauh dari anak pertama membuat beliau berharap bahwa anak keduanya tidak perlu jauh-jauh lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun