Mohon tunggu...
Lisa Selvia M.
Lisa Selvia M. Mohon Tunggu... Freelancer - Literasi antara diriku, dirimu, dirinya

Anti makanan tidak enak | Suka ke tempat unik yang dekat-dekat | Emosi kalau nemu hoaks

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Darah Pejuang Indonesia Diobral?

13 Mei 2018   18:34 Diperbarui: 13 Mei 2018   18:33 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Perumusan Naskah Proklamasi (dok. pribadi)

"Darah Pejuang Indonesia Diobral ?"

Melihat judul di atas pasti membuat para pembaca bertanya-tanya. Kok berani-beraninya saya mengeluarkan kalimat yang merendahkan harkat dan martabat para pejuang NKRI. Apa tidak takut dipersekusi dengan ratusan juta warga Indonesia ? Seegois itukah saya sehingga harus membuat kontroversi seperti ini ? Sehingga mau membuat artikel sealiran dengan portal-portal dengan judul bombastis yang bermodal penuh umpan jebakan yang berbuah makian dari pembacanya.

Tidak mohon maaf, seandainya saya menyakiti hati Anda. Sebab saya sering melihat kalimat ini. "Loh, di mana ? Mana mungkin terjadi ?" Itu mungkin jawaban imajiner dari saya.

Ya, saya selalu melihat kalimat ini termeterai pada wajah-wajah teroris bom bunuh diri, para pembunuh Aparat Negara yang notebene yang statusnya warga negara Indonesia sendiri. Mereka yang entahlah mungkin kurang pekerjaan sehingga mempunyai hobi memecah belah persatuan Indonesia dan mungkin mempunyai banyak waktu dan tenaga untuk merusak negara sendiri.  Termasuk juga di dalamnya pembuat-pembuat status perusak kedamaian NKRI.

Dengan mengganggu Kebhinekaan Indonesia berarti mereka mengobral darah para pejuang yang ditumpahkan ke bumi pertiwi. Bayangkan ratusan tahun untuk mewujudkan NKRI, bukan perjuangan yang mudah bukan ? Coba kalian tanyakan kepada para keluarga yang pernah ikut berjuang membela tanah air ? Betapa darah mereka mendidih mendengar hal ini. Ternyata sebegitu murahkah harga diri para pahlawan Indonesia? 

 Mungkin mereka sudah melupakan sejarah. Atau hidup di jaman ini membuat jiwa nasionalisme makin pudar. Karena kemerdekaan sudah disediakan. Tidak perlu diperjuangkan, pikir mereka ? Ini sekedar opini sayakah, ataukah ada paham-paham lain yang tidak sesuai dengan jiwa Pancasila yang mulai kembali meracuni seperti saat pemberontakan PKI, PERMESTA, DI TII dan GAM.

Foto dari Ary Setiawan yg dipamerkan pada Festival Kebhinekaan (Dok. Festival Kebhinekaan))
Foto dari Ary Setiawan yg dipamerkan pada Festival Kebhinekaan (Dok. Festival Kebhinekaan))
Tapi saya menegaskan bahwa saya tidak mau masuk ke dalam kaum itu. Anda akan mengikuti yang mana itu terserah, toh saya bukan Tuhan . Tapi jika Anda berjalan bersama dengan kaum pecinta Negara Kesatuan Indonesia. 

Tolong tunjukkan. Mulai dari hal yang kecil saja. Jaga jari Anda di media sosial. Mulai kurangi status-status memecah belah. Bagikanlah cerita-cerita yang baik tentang Indonesia dengan dunia luar. 

Tunjukkan dengan perilaku. Tentang penduduk yang berbeda-beda agama, suku dan ras namun ramah dan suka bergotong royong. Itulah sifat asli dari kita. Tentang keindahan Bumi Indonesia yang tidak ada habis-habisnya. Bukan melakukan perbuatan menyakiti satu sama lainnya entah dengan berperang atau membunuh dalam arti sebenarnya atau pun perang dan membunuh teman di media sosial. Sebab jika Indonesia damai tentunya akan menaikkan harkat dan martabat di mata negara kita bagi dunia luar.

Ingatlah, pada saat Indonesia terpecah belah. Ada "Pihak Lain" sedang tertawa, bangkit dari bangku penonton sambil bertepuk tangan kegirangan. Mereka berkata "Sebegitu mudahkah memecah belah persatuan suatu bangsa hanya dengan isu yang itu-itu saja ?"

dok. Yudha Ardianto
dok. Yudha Ardianto
Tulisan ini hanyalah opini saya semata, mengingat tragedi pembunuhan oleh teroris yang menimpa NKRI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun