Mohon tunggu...
Lisa Noor Humaidah
Lisa Noor Humaidah Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat buku dan tulisan

Tertarik pada ilmu sosial, sejarah, sastra dan cerita kehidupan. Bisa juga dijumpai di https://lisanoorhumaidah.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Refleksi Hari Ibu: Peluang yang Lebih Baik bagi Perempuan Pengemudi

21 Desember 2019   19:32 Diperbarui: 22 Desember 2019   09:58 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengemudi wanita (flickr.com)

Saya termasuk pengguna jasa transportasi online, baik mobil, maupun motor/ojek. Untuk mobil, setahun terakhir lebih banyak menggunakan jasa taksi regular Blue Bird karena layanan online mereka telah disesuaikan, walaupun masih harus banyak perbaikan, juga karena pertimbangan praktis dengan aturan ganjil-genap di ruas utama jalan di Jakarta.

Selama menggunakan moda transportasi ini, jarang sekali mendapat driver/pengemudi perempuan. Dalam satu tahun terakhir dengan frekuensi 2-4 kali/sebulan, saya baru mendapatkan satu orang pengemudi perempuan. 

Ojek online (ojol) kurang lebih sama. Dalam lima bulan terakhir, hampir setiap hari saya menggunakan jasa ini untuk rute rumah - stasiun MRT - kantor (pulang pergi). Total empat kali per hari.

Jika kita hitung rata-rata 20 hari kerja dalam sebulan, maka total ada 400 kali. Dari ratusan kali itu, hanya dua kali saya mendapatkan pengemudi Ojol perempuan. Ini menunjukkan jumlahnya kecil.

Dengan pengemudi perempuan Blue Bird saya sempat berbincang tentang pengalamannya. Menurutnya memang tidak mudah menjalani profesi ini karena taksi adalah dunia kerja sangat 'laki-laki' dalam pandangan budaya kita. Selain karena faktor keamanan, jam kerja yang tidak biasa serta hidup di jalanan yang keras dan penuh tantangan.  

Selama kurang lebih dua tahun mengemudi taksi, ia beberapa kali ditolak oleh penumpang setelah mengetahui pengemudinya perempuan. Satu hal yang paling ia ingat ketika telah mengantri cukup lama di salah satu pusat perbelanjaan, setelah mendapatkan giliran, calon penumpang menolak setelah mengetahui pengemudinya perempuan. 

Dari pengalaman ini ia belajar, jika pesanan melalui aplikasi online, ia akan memastikan kepada calon penumpang untuk tetap ambil atau tidak terutama jika penumpangnya laki-laki. 

Tentang potensi kekerasan/pelecehan, si ibu pengemudi mengatakan belum pernah mengalaminya dan menekankan jangan pernah mengalami. Pihak manajemen Blue Bird membekali arahan untuk menghadapi situasi kerentanan atas kejahatan yang mungkin akan terjadi.  

Menjadi pengemudi adalah penghasilan utama si ibu. Ia menyiasati jam kerja sebagaimana jam kerja pada umumnya. Keluar pagi, kembali setelah petang datang. Memang ada target, namun sebagai orang tua tunggal, ia lebih mementingkan waktu untuk berkumpul dengan tiga orang anak-anaknya. 

Sejauh ini menurutnya penghasilan cukup untuk mendukung hidup sehari-hari dan juga sedikit menabung. Menurutnya dari sekian ribu pengemudi Blue Bird, jumlah pengemudi perempuan hanya satu digit persen, kurang jauh dari 10 persen.  

Mengapa memilih menjadi pengemudi taksi? Menurutnya ini adalah bidang kerja yang sesuai dengan keahliannya. "Kesempatan kerja di kantor semakin tipis untuk perempuan seusia saya, Mbak. Saya 45 tahun," begitu alasannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun