Awal yang Tidak Disengaja
Kalau dipikir-pikir, aku bisa jatuh cinta sama menulis itu sebenarnya berawal dari ketidaksengajaan. Ceritanya, waktu kuliah di jurusan Kesehatan Masyarakat, ada tugas mata kuliah yang mengharuskan kami membuat artikel tentang sosial budaya atau kesehatan, lalu dipublikasikan.
Sama juga dengan artikel ini---sebenarnya lahir dari ketidaksengajaan. Cuaca syahdu, gerimis mengundang, jadilah artikel curhat ini.. hehe..
Oke, kembali ke jatuh cinta menulis. Awalnya terasa berat. Kenapa? Karena pekerjaan yang aku jalani sebelumnya sama sekali nggak ada hubungannya dengan menulis. Jadi menulis benar-benar hal baru buatku. Bahkan bikin caption Instagram saja sering bingung. Rasanya seperti disuruh renang padahal baru bisa gaya batu.. he..he..
Aku ingat betul, artikel pertamaku di Kompasiana berjudul "Revolusi Digital dalam Menyelamatkan Nyawa: Telemedicine sebagai Pioner."
Menulis yang Tertunda
Setelah itu, aku nggak langsung aktif. Dengan seabrek tugas kuliah dan nyusun tesis, menulis sempat berhenti total. Fokusku cuma lulus. Tapi setelah tesis selesai, justru ada rasa kosong (duh puitis banget)..he..he.. biasanya tiap hari sibuk mikirin penelitian, tiba-tiba laptop sepi. Kayak ada yang hilang.Â
Dari situ aku coba buka lagi akun Kompasiana-ku. Iseng, aku mulai menulis keresahan-keresahan kecil. Ternyata, makin ditulis malah makin ketagihan.
Menulis = Curhat Sehat
Aku merasa menulis itu mirip banget sama curhat. Bedanya, kalau curhat ke orang lain ada rasa takut dihakimi. Sementara kalau lewat tulisan, aku bisa jujur tanpa beban. Bisa mengekspresikan apa yang mau ditulis, menuliskan apa yang diketahui. Terkadang kalau ada yang baca atau kasih komentar, rasanya lega: "Oh, ternyata aku nggak sendirian mikirin hal ini."