Mohon tunggu...
Lindung Silaban
Lindung Silaban Mohon Tunggu... Guru - Guru dan penulis

Saya seorang guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aling Ester Nyaris Bunuh Diri, Kini Melayani dengan Kaki

10 Oktober 2019   07:41 Diperbarui: 10 Oktober 2019   08:21 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Lindung Silaban

Dengan penampilannya hari ini, orang pasti mengira hidup Aling Ester berjalan mulus dan sepertinya ia tidak pernah hidup susah. Orang bisa saja menyebutnya sebagai perempuan keberkatan karena sukses sebagai pengrajin aksesoris dari manik-manik.

Tetapi setiap manusia memiliki cerita hidup masing-masing. Cerita itu pasti memiliki sisi unik tersendiri. Cerita kehidupan itu tidak terlepas dari kekurangan dan kelebihan. Sepasti Aling. Tidak ada yang taju kalau ia nyaris mengakhiri hidupnya sebanyak dua kali, karena frustasi dan putus asa. Seperti apa kisahnya? Mari saya ceritakan.

***
PAGI itu 21 September Aling duduk di sebuah kursi di ruang kerjanya di jalan Ternak nomor 56, Medan Polonia Sumatera Utara (Sumut). Senyumnya menyapa ketika tiba di pintu rumahnya.

Ini kali pertama kami bertemu. Ia mengucapkan salam. Tampaknya dia orang yang ramah. Aling tinggal bersama keluarga kakaknya. Tanpa menunggu lama, ia mengajakku menaiki anak tangga ke lantai dua. Ia tidak bisa naik sendirian, karena kondisi fisikmya tidak mendukung. Ia kemudian dibantu seorang pendamping, Elisabeth Simanjuntak. Kemudian kami masuk ke ruang kerjanya.

Hasil karya Aling Ester
Hasil karya Aling Ester
Di ruang kerjanya dipenuhi hasil karyanya, beberapa tumpukan manik-manik dan alat-alat kerjanya yang terbungkus di dalam plastik. Kami duduk berselonjor di lantai karena di dalam ruang itu hanya ada satu kursi. Kemudian ia mulai bercerita dengan sesekali terbata. Ia terbata karena syaraf otaknya terganggu hingga mempengaruhi kemampuan berbicaranya.

Aling lahir normal. Perilakunya seperti bayi pada umumnya. Namun naas menimpanya. Ketika umur 7 bulan, ia mendadak demam tinggi. Step berkali-kali. Step itu terjadi berkala selama 1 tahun. Dokter menyebut, ada suatu gumpalan di otak Aling. Akibatnya, ia mengalami kelumpuhan syaraf. Semua anggota tubuhnya kaku tidak bisa digerakkan.

Selama setahun orangtuanya berusaha keras membawa Aling berobat ke berbagai dokter syaraf yang ada di kota Tanjung Balai. Tetapi tampaknya sia-sia. Orangtuanya berjuang tak kenal putus asa. Mereka kemudian memboyong Aling ke Medan.

Selama 8 tahun di Medan, Aling menjalani berbagai pengobatan dan puji Tuhan, akhirnya membuahkan hasil. Akan tetapi, Aling diperhadapkan dengan dua pilihan: Kaki bisa berjalan atau tangan lumpuh total, juga sebaliknya.

Pilihan itu sulit bagi kedua orangtuanya. Namun sebelum orangtuanya memilih, Tuhan Yang Maha Esa menitipkan kaki yang bisa berjalan tetapi tangannya lumpuh dan kaku seumur hidup.

Sejak saat itu juga Aling harus menerima keadaannya. Semua serba dibantu. Dia tidak pernah mengecap pendidikan. Tidak bisa membaca, menulis dan berhitung. Hari demi hari ia hidup serba dibantu oleh kedua orangtuanya. Aling melatih kakinya untuk melakukan semua aktivitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun