Menjadi orang tua tunggal, bukanlah keinginan siapapun. Ketika mendapati kenyataan harus berperan ganda sebagai ayah dan ibu. Baik dengan alasan suami sudah meninggal dunia, atau karena suami pergi untuk kesenangan dunia. Situasinya sama-sama tidak menguntungkan. Menyisakan emosi yang komplek. Ketakutan. Kekhawatiran. Stress. Tidak apa-apa jika seorang ibu menumpahkan rasa itu.
Seorang teman memilih tidak bersedih dalam waktu yang lama, Ia diharuskan punya pundak yang kuat. Jiwa yang luas. Ada anak-anak yang harus dipeluk, diberi makan dan disejahterakan. Dia sosok yang segera berdamai. Dia sedih dengan hidup yang tiba-tiba. Namun, dia berhasil menjalani sebagai bagian perjalanan hidup.
Kali ini teman-teman kompasianer saya berusaha menulis tentang perjuangan single parent yang berhasil berdamai menjadi orang tua tunggal, survive dan terus memancar bagi keluarga kecilnya.
Menjadi Ibu Harus Memiliki Kekuatan Yang Besar
Sebut saja namanya Zahra. Dia seorang ibu yang 4 tahun lalu ditinggal pergi suaminya. Tanpa suara. Tanpa persiapan. Dengan menanggung 3 anak. Dua anak laki laki dan 1 anak perempuan, ketiganya masih duduk di sekolah Dasar. Berasal dari keluarga yang ekonomi belum mapan.
Tetapi jika saya menemui sekarang, saya tidak pernah mengira kalau dulu diawal-awal menjadi single parent, dia pernah rapuh.
"Kekuatan dan energi berasal dari Allah." Katanya saat ditanya tentang hari-hari panjang yang sejauh ini berhasil ia lewati.
Menjadi orang tua tunggal memang harus memiliki kekuatan besar. Kekuatan itu hanya bersumber dari Allah. Selalu bangun malam untuk bermunahajat agar dikuatkan pundak dan jiwanya. Selalu berdoa agar Allah menemani hari-harinya.
Hasilnya, anak pertama sekarang sudah lulus dari pondok pesantren setingkat sekolah menengah pertama, menuju jenjang selanjutnya, anak kedua sedang di pondok pesantren. Anak ketiga kelas 2 SD.
Tidak mudah, dengan ekonomi babak belur. Merangkak, terseok seok hingga mampu berdiri di kaki sendiri. Ia membuktikan bahwa menjadi orang tua tunggal bukan berarti berakhir sebuah kehidupan, tetapi titik mulai sebuah kebahagian bersama anak-anak tercinta.
Jujur, saya menuliskan tentang ini, berair kedua mata. Tidak bisa bayangkan beratnya hari hari yang telah ia lalui. Dia ibu hebat, ibu kuat, ibu yang dipilih oleh Allah dengan pahala yang kita sendiri tidak tahu.