Sedih sekali rasanya mendengar Carlos (5 tahun) meneriakkan kalimat tersebut pada ibunya, yang sedang memaksa untuk segera memulai les privat dengan saya. Ia meneriakkan itu sambil menangis bercucuran air mata. Terlihat sekali ia begitu tertekan dan takut. Tes masuk SD di sebuah sekolah National Plus di akhir pekan lalu membuat ibunya menambah jam les lebih banyak 1 jam. Saya sebenarnya enggan melakukannya, karena dari pelajaran yang biasa kami lakukan, ia bisa mengerjakan dengan mudah, tepat, dan cepat. Namun, seperti halnya orang tua lainnya, sang ibu merasa pelajaran selama ini belum cukup untuk Carlos. Carlos bukan satu2nya anak yang mengalami kekerasan ini. Ada banyak orang tua yang terpaksa melakukan hal yang sama, agar anak mereka bisa diterima di sekolah favorit. Tes masuk yang diberlakukan salah satunya adalah tes membaca. Karena alasan inilah maka ibu Carlos meminta anaknya untuk menambah jam belajar dengan kursus privat. Saya menyadari, tak mudah bagi anak seusia Carlos untuk mengorbankan jam bermainnya demi kelulusan ujian masuk SD. Apalagi, kemampuannya sebenarnya bisa diandalkan tanpa bantuan les dari guru privat. Saya hanya tidak habis pikir, mengapa harus ada tes masuk Sekolah Dasar? Jika jenjang sebelum Sekolah Dasar adalah Taman Kanak-Kanak (TK), tempat anak-anak bermain dan bersosialisasi, lalu mengapa harus ada tes masuk SD yang mengharuskan anak-anak membaca? Ini sungguh menyiksa generasi anak-anak kita. Di usia mereka yang begitu dini, mereka dikondisikan untuk menguasai sesuatu yang belum waktunya mereka kuasai. Usia mereka seharusnya mereka pergunakan untuk bermain dan berteman. Bermain, dalam hal ini tentunya melakukan aktifitas yang menyenangkan sekaligus melatih kemampuan otak mereka. Membekali anak dengan konsep dasar keilmuan yang nantinya akan mereka pergunakan di tahapan pendidikan selanjutnya. Ketika konsep dasar telah mereka kuasai, maka selanjutnya akan jauh lebih mudah untuk mereka pelajari. Konsep dasar yang tadi saya sebutkan ini tentunya diberikan dengan cara yang menyenangkan dan tidak memaksa. Atau populer disebut "Bermain Sambil Belajar." Mereka juga belajar untuk bersosialisasi dan berteman. Ketika mereka berteman, mereka sedang belajar banyak hal. Bagaimana mengekspresikan sesuatu, bagaimana bekerja sama, ketika berkonflik bagaimana mereka akan menyelesaikannya. Anda pasti setuju kalau kemampuan bersosialisasi ini akan melatih kecerdasan emosi mereka, yang pasti berguna di kehidupan mereka mendatang. Jadi, ketika diberlakukan tes masuk bagi anak-anak usia 6 atau 7 tahun, saya tidak mengerti hasil apa yang SD tersebut harapkan. Kepada Carlos, saya membuat jam belajar membaca lebih rileks dan fleksibel. Penuh permainan dan sedikit paper work. Karena saya yakin, ketika konsep dasar membaca itu sudah ia mengerti, maka untuk tahap selanjutnya, tidak akan sulit untuknya. And, yes! He passed the exam. :)
Taman yang paling indah, hanya taman kami
Tempat bermain, berteman banyak
Itulah taman kami, Taman Kanak-Kanak