Mohon tunggu...
Herlina Butar
Herlina Butar Mohon Tunggu... Administrasi - LKPPI Lintas Kajian Pemerhati Pembangunan Indonesia

Cuma orang yang suka menulis saja. Mau bagus kek, jelek kek tulisannya. Yang penting menulis. Di kritik juga boleh kok. Biar tahu kekurangan....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengaku Anggota Pemuda Pancasila Mengusir LSM dari Bangunan Puskesmas Cempaka Putih

25 Agustus 2012   19:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:19 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pancasila!!! Abadi!!!

Teriakan pada tanggal 10 April 2011 itu masih menggema dalam benak wanita ini saat bertugas meliput berita pemilihan ketua organisasi Pemuda Pancasila kota administrasi Jakarta Timur. Ada bersit kebanggaan bahwa betapa Pancasila sebagai dasar Negara menjadi inspirasi bagi para tokoh pendiri Pemuda Pancasila kebanggan Indonesia.

Tanpa dinyana, kebesaran nama Pemuda Pancasila dirusak oleh seorang yang petugas keamanan Puskesmas Cempaka Putih yang mengaku-ngaku anggota Pemuda Pancasila.

Awalnya, sore pukul 15.00,  Ln demikian nama awak LSM ini datang ke lokasi bangunan yang belum jadi di belakang pasar Rawasari. Ln dating sendiri mengendarai motor putih bututnya. Ln kemudian memarkir motornya di pinggir jalan raya dan segera mengetuk pagar Puskesmas yang belum rampung dibangun itu. Ia mengintip dan melihat ada orang yang sedang tertidur di dalam. Ia masuk dan berniat membangunkan orang yang sedang tertidur tersebut. Akhirnya Ln mngurungkan niatnya membangunkan dan hanya melihat-lihat saja di luar bangunan. Selang beberapa lama. Datanglah 2 anak muda berpotongan kurus tinggi dan berambut lurus. 2 anak muda ini bertanya, “mau apa mbak?” Ln menjawab, “mau ambil gambar, bapak ini siapa?”. Salah satu pemuda menjawab bahwa ia adalah keamanan di situ. “Kebetulan, saya mohon izin untuk ambil gambar, karena menurut laporan Puskesmas ini telah 3 tahun dibangun dan belum rampung-rampung.

[caption id="attachment_195055" align="aligncenter" width="150" caption="Tangga bangunan pernah runtuh menimbulkan bunyi bergemuruh"][/caption]

Kasihan kan, masyarakat yang sakit jadi harus antri di bangunan yang sekarang disewa menjadi Puskesmas, kan bangunannya sempit dan tidak memadai” panjang lebar Ln menerangkan. Ln dan kedua anak muda tersebut masuk ke dalam bangunan hijau berlantai 4. Ln segera mengambil gambar di lantai 1. Saat akan menaiki lantai 2, terlebih dahulu Ln minta izin pada seorang kuli bangunan yang tadi sedang tertidur. Ia menyerahkan kartu identitasnya agar dipegang tersebut, tetapi orang tersebut menolak, “Gak usah, gak apa-apa”

Ln meminta agar kuli bangunan itu mengikutinya ke lantai 2 dan 3 untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Kuli bangunan dan salah seorang anak muda tadi ikut naik ke atas mengawasi Ln pada saat mengambil gambar.

Sekitar satu jam berlalu Ln mengambil gambar, Ln mengecek kameranya. Setelah dirasa cukup, Ln segera turun diikuti oleh ke 2 orang tersebut. Saat turun, ia segera melihat ada 2 orang bercelana jins, yang satu memakai kaos berwarna oranye, bertubuh agak pendek gempal dan seorang lagi berkaos hijau tentara bertubuh lebih tinggi tegap.

[caption id="attachment_195056" align="aligncenter" width="150" caption="Mengaku-ngaku anggota Pemuda Pancasila."]

13459244801514141464
13459244801514141464
[/caption] Yang bertubuh gempal dengan agak membentak bertanya, “ibu mau apa?”. Ln menjawab, “saya mau habis ambil gambar pak” Si tubuh gempal masih dengan nada galak bertanya, “untuk apa ambil-ambil gambar??!!! kok tidak izin dulu, saya petugas keamanan disini!!!”

“Lho, saya udah izin kok… Ini untuk informasi bagi masyarakat, karena Puskesmas ini sangat diperlukan masyarakat”

“Mana surat tugas anda?”

“Ini pak, kartu saya. Saya sudah ada komunikasi dengan kasudinkes”

“aaaah, kalo kartu kayak gini juga saya punya, saya minta surat tugas”, kata si gempal sambil menunjukkan sebuah kartu kusut berlaminating dan sudah terkelupas-kelupas. Kartu itu berlogo Pemuda Pancasila. Pada saat Ln ingin melihat dengan jelas,

“Saya ini bekerja pak, di kartu saya jelas ada nama saya, alamat, nomor telepon. Saya ini bekerja untuk lembaga yang berbadan hukum, bapak bisa mengecek sendiri ke sana” , Ln mulai terpancing dan berbalik bertanya, “Bapak sendiri namanya siapa, ada gak surat tugas yang menerangkan bapak keamanan di sini”

“Tidak perlu!!! Suruh orangnya ke sini!!! Saya keamanan dari kontraktor, dan saya bertanggung jawab atas keamanan di sini, jadi saya minta anda keluar dari sini!!!” , Sambil membusungkan dada si gempal menjawab’

[caption id="attachment_195057" align="aligncenter" width="300" caption="Kontraktor yang mengerjakan proyek"]

13459248531952731635
13459248531952731635
[/caption] “Saya hanya mau ambil gambar untuk informasi kepada masyarakat. Saya sudah izin sebelumnya. Bahkan saya minta dikawal. Bapak tidak bisa mengusir saya, tanah ini milik Negara, tanah dan gedung ini untuk pelayanan publik dan di bangun menggunakan anggaran Negara, saya berhak bekerja dilindungi oleh Undang-Undang. Saya tanya, siapa nama bapak, masa saya tidak bisa tahu”

“Saya tidak punya urusan dengan Undang-Undang, suruh kesini orang yang punya Undang-Undang!!! Anda keluar dari sini!!!”, bentak si gempal.

Sementara Ln dan si gempal beradu mulut, bapak berkaos hijau hanya duduk dan menunduk sambil sesekali melihat kearah kedua orang ini.

“Tidak bisa!!! Saya tidak mau, tanah ini milik Negara, kalo bapak bisa menunjukkan surat tugas baru saya tahu, bapak keamanan disini atau bukan!!! Nama bapak siapa???”

“Saya minta keluar!!! Sayang sih anda perempuan”

“kenapa kalo saya perempuan??? Perempuan atau laki-laki, saya bekerja sesuai dengan tugas saya, bapak tidak bisa membatasi saya atas nama gender”

Ln akhirnya keluar sambil memotret wajah si gempal dari balik pagar. Ia mengendarai motor butunya sambil berfikir keras. Akhirnya ia menelepon Bevin Siahaan, temannya dari Koran AKTUALITA. Ia menceritakan kejadiannya dan meminta saran. Akhirnya Ln memutuskan untuk melaporkan kejadian kepada polisi.

Pertama kali, Ln meluncur menuju Pospol Cempaka Putih yang terletak di jalan………. Di situ ia hanya menemui seorang bapak bercelana pendek dan berkaos coklat abu-abu (kaos polisi) yang sedang tertidur. Ln membangunkan bapak itu dan mengutarakan keinginannya untuk melapor. Bapak itu mengatakan dua orang polisi yang bertugas sedang keluar, jadi dia mohon maaf. Ia menyarankan agar Ln melapor ke polsek Cempaka Putih sambil memberikan alamat polsek secara lisan.

Ln segera meluncur menuju Polsek Cempaka Putih. Di SPK ia bertemu dengan seorang petugas yang bernama Agus Djarwanto. Ln kembali menyampaikan niatnya untuk melaporkan kejadian yang tadi dialaminya. Karena Ln tidak mengetahui namanya, Agus mengatakan bahwa ia tidak bisa membuat LP. Ln bertanya, “kalo ada tindak pidana seperti pemukulan, misalnya sementara korban tidak mengetahui nama pelaku maka korban tidak berhak mendapat pelayanan hukum”. Agus mengatakan, persoalannya beda. Ln protes, Agus menyarankan Ln untuk menghubungi binmas pospol yang bernama Winarto dan Agus memberikan nomor ponsel Winarto agar dihubungi. “Binmas biasanya tahu nama-nama orang yang ada di wilayahnya”, demikian alasan Agus kepada Ln.

Selepas maghrib, Ln bertemu dengan Winarto. Winarto menyarankan kembali untk piker-pikir, karena ini menyangkut ormas. Takut malahan jadi Cheos.

Malam ini Ln, termangu. Ia berfikir apa yang dilakukan semata-mata demi membongkar kasus korupsi di Sudinkes Pusat. Pembangunan Puskesmas yang memakan anggaran puluhan milyar tatpi lebih dari 30% anggaran menguap hanya untuk dibagi-bagi oleh pejabat rakus yang tidak takut akan Tuhan. Sudinkes pusat yang membangun Puskesmas 3 tahun dan tidak rampung-rampung sehingga mengabaikan kepentingan masyarakat banyak yang sakit tertatih-tatih dan memerlukan pelayanan kesehatan tetapi harus berjejal antri di rumah yang disewa sementara karena pembangunan yang dananya kebanyakan di”tilep”.

Malam ini, Ln berkeputusan, kebenaran harus dibuka. Ln tahu ketidak adilan harus ditegakkan. Ln bertekad akan melaporkan kejadian ini ke polres Jakarta Pusat. Ia akan membongkar kasus korupsi ini agar masyarakat yang memerlukan layanan Puskesmas mendapatkan haknya mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan anggaran yang seharusnya.

Benarkah oknum petugas keamanan tadi anggota Pemuda Pancasila. Ln hanya mengerti bahwa Pemuda Pancasila adalah organisasi yang akan senantiasa mendukung kebenaran. Karena Pemuda Pancasila adalah bagian dari masyarakat yang akan mendapat keuntungan bila penggunaan anggaran tidak dikorupsi. Karena Pemuda Pancasila adalah bagian dari masyarakat yang menjunjung tinggi kebesaran namanya.

Pancasila !!! Abadi !!! (Seperti yang diceritakan kepada Bevin Siahaan) Ket: Foto menyusul

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun