Bangsa Indonesia adalah berbagai suku, bahasa dan agama yang tergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tercatat ada 1340 suku-suku yang mendiami Indonesia (Sensus penduduk tahun 2010). Tercatat pada beberapa sumber, ada sekitar 740 bahasa suku-suku di Indonesia. Selain agama Islam, Kristen, Hindu, Budha, atau Kong Hu Cu yang merupakan agama yang berasal dari luar Indonesia, masih ada agama yang merupakan agama asli peninggalan leluhur nenek moyang kita. Saya mencatat ada 9 agama asli Indonesia, yaitu antara lain:
- Sunda Wiwitan;Â
- Djawa Sunda;Â
- Kedjawen;Â
- Parmalim;Â
- Kaharingan;Â
- Tonaas Walian;Â
- Wetu Telu;Â
- Naurus;Â
- Marapu;
Proses masuknya agama-agama yang berasal dari luar Indonesia diikuti pula oleh masuknya budaya baru yang kebanyakan menghasilkan sebuah tatanan budaya baru yang bersifat asimilasi. Pemahaman antara agama dan budaya baru menghasilkan ragam persepsi diantara para tokoh, pun menghasilkan kelompok-kelompok baru yang mengatasnamakan agama atau balutan samar antara agama dan budaya.
Hasil dari keragaman persepsi yang berbaur antara agama dan identitas menghasilkan berbagai krisis identitas bangsa yang melunturkan sifat dan budaya asli Indonesia.
Keadaan ini sangat mudah dimanfaatkan oleh negara lain yang kebanyakan sangat tergiur melihat kekayaan alam Indonesia.
Ini fakta yang sudah terjadi sejak ratusan tahun lalu.
Rempah-rempah, palawija, kopi, emas, perak, mineral lain, minyak bumi, gas, batubara, batu-batuan berharga, tanah yang subur, sumber air yang merata hingga sumber daya manusia Indonesia yang cerdas, semua menjadi incaran negara-negara lain untuk menguasai kekayaan Indonesia.
Tiada satupun negeri di muka bumi ini yang bisa menyamai kekayaan Indonesia. Indonesia sangat kaya-raya.
Setelah era kerajaan, berganti dengan masa kolonial penjajahan, lalu memasuki kemerdekaan, kemudian memasuki suasana perebutan pengaruh antara Timur Barat, masuk ke masa Orde Baru (pemerintahan yang otoritarian), hingga masuk ke masa reformasi, kini kita disuguhkan sebuah pilihan yang akan menentukan nasib bangsa Ini.
Pertanyaan kita kepada kita sebagai bangsa adalah, "bisakah kita menerima keanekaragaman sebagai bagian dari kita sebagai bangsa?"
Capres 01 dan Capres 02, Representasi Keterwakilan