Mohon tunggu...
Lim Suandi
Lim Suandi Mohon Tunggu... Freelancer - Belum Bekerja

Bukan siapa-siapa kamu. www.limsuandi.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sektor Tak Menjanjikan, Lebak Purun di OKI Terancam Punah

6 Juli 2019   16:27 Diperbarui: 6 Juli 2019   17:05 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pengrajin tikar purun sedang memilih purun yang panjang untuk dijemur. sumber: www.Limsuandi.com

Suasana masih gelap, guratan jingga kemerahan di langit pun belum terlihat jelas. kuputuskan pulang ke tanah kelahiran hari ini. Mungkin karena jarak kampus dan tempat tinggal tidak begitu jauh, sebab dapat ditempuh 2 jam 30 menitan pada kondisi yang lancar dengan menggunakan motor.

Jumat (24/5/2019), sekitar pukul 08.30 WIB telah tiba dirumah orang tua. singkat cerita ku masukan motor dalam rumah, dilanjutkan dengan santap nasi goreng dan diakhiri mandi. Pagi ini ada pemandangan lain terlihat, Emak (panggilan ibu) sedang fokus memilih purun-purun yang akan dijemur dan dibuat tikar. Begitu pun dengan Bak (Bapak) yang telah menumbuk purun kering hingga menjadi pipih.

Purun, Meningkatkan Hubungan Sosial

Purun (Elocharis dulcus) tanaman yang hanya tumbuh liar di Rawa Lebak atau bagi masyarakat di sini disebut Rawang, bahkan hanya tumbuh di wilayah tertentu di Sumatera Selatan. Banyak yang masih beranggapan bahwa purun hanya tanaman yang tidak dibutuhkan, bahkan terkesan seperti gulma. Berbicara Lebak Purun, mungkin Pedamaran lebih terkenal dan lebih mudah ditemukan jika kita mencari kata kunci "Lebak Purun OKI" di mesin pencarian maya.

Ibu Tini sedang fokus memisahkan purun-purun yang akan dijemurkan. beliau tinggal di Desa Secondong Kecamatan Pampangan, OKI./sumber: www.Limsuandi.com
Ibu Tini sedang fokus memisahkan purun-purun yang akan dijemurkan. beliau tinggal di Desa Secondong Kecamatan Pampangan, OKI./sumber: www.Limsuandi.com
Namun nyatanya wilayah lain seperti di Kecamatan Pampangan dan Kecamatan Pangkalan lampam juga banyak terdapat pengrajin tikar purun. Namun mulai beralih, sebab pendapatan dari menjual tikar purun tidaklah menjanjikan. Kecamatan Pampangan dan Pangkalan lampam merupakan kecamatan yang secara administrasi berada di kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).

Selagi membantu ibu memilih purun yang masih segar, kutanyakan kisah-kisahnya tentang purun. Hal yang mengejutkan, bahwa tikar purun bukan hanya sekadar menambah pemasukan. Tetapi juga menimbulkan efek sosial, yakni hubungan yang semakin baik dengan sesama perempuan di desa. Terutama terjadi hubungan yang harmonis di Desa Secondong.

Masih ingat betul ketika saya masih kecil, orang-orang akan ramai-ramai ke Lebak Purun kala musim kemarau mulai datang. Sebab air mulai surut dan lebak tidak akan memiliki banyak air, sehingga dengan mudah untuk mencabut purun dari akarnya. 

Bagi perempuan yang telah menikah akan dibantu suaminya untuk mendapatkan lebih banyak purun. Bisa dikatakan akan ada banyak kelompok yang beramai-ramai mengambil purun, lebih mirip pesta panen purun. Sebelum berangkat ke rawang, telah disiapkan bekal nasi dari rumah untuk disantap bersama kerabat ketika jam istirahat.

purun yang akan dijemurkan, diikat paling atas kemudian dijejerkan seperti membentuk kipas. dengan tujuan agar cahaya matahari membuat purun kering merata. Sumber: www.Limsuandi.com
purun yang akan dijemurkan, diikat paling atas kemudian dijejerkan seperti membentuk kipas. dengan tujuan agar cahaya matahari membuat purun kering merata. Sumber: www.Limsuandi.com

Lain kecamatan maka berbeda pula cara mengangkut purun yang telah didapatkan. Karena di wilayah kecamatan Pampangan dan Pangkalanlampam berbeda kondisi. Seperti di wilayah Pampangan akan mengangkutnya dengan menggunakan gerobak sapi atau kerbau, ada juga yang meletakkan satu ikatan purun diatas kepala (dipanggul) hingga sampai rumah. Sedangkan di wilayah Panglanlampam yang cukup tinggi airnya ada yang menggunakan perahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun