Mohon tunggu...
Lilly Daria
Lilly Daria Mohon Tunggu... Lainnya - S.I.Kom

Memulai dengan rendah hati dan bersyukur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rutinitas Online Sudah Menjadi Kebiasaan

7 Desember 2021   09:00 Diperbarui: 7 Desember 2021   09:13 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
httpsrabbit-smk.blogspot.com20190230-ide-ilustrasi-main-hp.html

Masa pandemi covid-19 di Indonesia sudah masuk usia tiga tahun. Tak kunjung reda, tak kunjung berhenti, dan terus merajalela mengusik kehidupan setiap manusia. Dengan jangka waktu yang sangat lama ini, kita bahkan sudah menganggap bahwa covid sudah menjadi wabah tahunan dalam kehidupan kita. Seperti yang kita ketahui covid-19 (corona viruz disease) sudah mulai muncul di Indonesia pada Maret 2020 dan hingga sekarang belum ada pencegahan yang paling ampuh selain upaya vaksinasi yang sudah diterapkan di seluruh masyarakat. Hal ini mengakibatkan semua aktivitas dan rutinitas setiap manusia terganggu. Setiap manusia harus membatasi pergaulan, menjaga jarak, dan harus dirumahkan. Bahkan kalau kita keluar rumah kita harus menutup sebagaian muka kita (mulut dan hidung) dengan menggunakan masker. Hal ini menyebabkan aktivitas dan interaksi manusia tidak optimal seperti sebelumnya. Banyak dampak yang terjadi dalam situasi ini baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik, kesehatan, maupun sosial sangat kacau. Jika kita melihat dari keadaan ekonomi yang sangat krisis dimana, perolehan penghasilan mengalami penurunan. Banyaknya pekerja-pekerja yang terpaksa dikeluarkan dari tempat kerja atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang menyebabkan pengangguran yang sangat meningkat. Keadaan ini juga sangat mempengaruhi proses transaksi jual beli yang sangat minim dalam masyarakat. Banyak orang mengeluh dengan keadaan yang sedang terjadi, sehingga masih banyak orang yang tetap bersikukuh untuk melakukan pekerjaan demi menghidupi keluarga. Dalam hal politik, dimana keadaan ekonomi negara yang tentu juga menjadi sebuah persoalan yang sangat besar. Hal ini menjadi permasalahan negara karena sumber pendapatan masyarakat yang berkurang dan negara harus mengambil tindakan dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi yang sedang dialami oleh rakyatnya.

Sedangkan, dalam bidang kesehatan, hampir semua dari kita tentu menjaga dan menjauhkan diri dari situasi seperti ini. Hal ini bertujuan untuk melindungi diri dari virus yang sangat membahayakan bagi diri kita. Seperti yang kita sering dengar, "kesehatan itu mahal" yah,,, jika saya ambil kesimpulan bahwa kalimat tersebut akan memiliki arti yang luas. Pertama, dari segi fisik yang harus kita jaga dan kita lindungi dengan berbagai cara. Kedua, kesehatan itu merupakan sebagai hasil dari pola makan kita setiap hari, baik dari jadwal makan maupun makanan apa yang layak harus kita masukan ke perut. Ketiga, kesehatan itu merupakan "mahal" yaitu mengharuskan kita untuk mengeluarkan biaya yang sangat banyak untuk memelihara kesehatan yang kita miliki. Jika sakit, maka pergilah ke dokter supaya bisa diatasi dengan cepat seperti pandemi covid-19 ini. Contohnya, jika mau mengecek apakah kita reaktif atau non-reaktif covid-19, kita harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu ke dokter. Atau misalnya saja kita akan melakukan perjalanan jauh untuk menempuh tujuan kita masing-masing maka kita harus rapid atau swab untuk memenuhi peraturan protokol kesehatan (prokes). Dengan begitu, kita akan membayarnya sesuai dengan harga yang sudah ditentukan oleh pihak rumah sakit yang kita tuju. Apakah ini disebut dengan keuntungan yang memihak dengan menggunakan situasi pandemi ini sebagai sebuah penyulut? Sebuah permasalahan pro kontra yang juga menjadi trend topic dalam akhir- akhir ini.

Pendidikan juga merupakan hal yang sangat penting untuk dijalankan, tetapi selama masa pandemi ini kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring (online) dari tingkat TK sampai perguruan tinggi. Tingkat kesulitan dalam belajar bagi para murid dan mahasiswa sangat tinggi, karena cara belajar yang efisien dan efektif lebih bagus di Sekolah dibandingkan di luar sekolah. Penyebabnya dari berbagai jenis, misalnya fasilitas yang kurang memadai dalam memperlancar proses belajar dari seorang murid dan mahasiswa. Belum lagi di daerah- daerah terpencil atau pedalaman yang tidak ada jaringan atau signal. Bayangkan betapa sulitnya para guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar dengan murid- muridnya. Dalam hal ini peran orang tua sangat penting dalam mendidik anak untuk melatih membaca, menulis, dan menghitung. Khususnya murid yang baru masuk Sekolah Dasar (SD). Sebaliknya, murid- murid yang sering melakukan kegiatan belajar mengajar secara online merasa sulit dalam belajar karena tugas- tugas yang diberikan sangat banyak. Seperti yang pernah viral atau ramai diberitakan bahwa banyak para murid merasa berat dengan adanya sekolah online yang mengakibatkan tugas yang banyak. Tugas- tugas ini menjadi sebuah tekanan bagi siswa yang setiap harinya harus melakukan kegiatan belajar tatap muka dengan laptop atau Hp (Hand Phone/ telepon genggam). Mereka harus melakukan interaksi virtual dengan teman- teman dan guru- guru mereka demi mendapatkan ilmu yang harus mereka terima.

https://republika.co.id/berita/ql3s1c291/survei-pendampingan-belajar-selama-pandemi-memprihatinkan
https://republika.co.id/berita/ql3s1c291/survei-pendampingan-belajar-selama-pandemi-memprihatinkan

Dengan adanya rutinitas yang setiap hari harus memegang telepon genggam, aktivitas sosial sudah mulai tidak nampak dalam lingkungan masyarakat. Rasa kebersamaan yang sering dirajut sudah mulai memudar dan hampir tak ada lagi. Bukan sebuah kemungkinan lagi, penyebab dalam minimnya interaksi sosial ini merupakan pandemi covid-19. Banyak masyarakat yang sudah enggan bertemu tatap muka dengan tetangga, kerabat, kenalan, dan bahkan keluarga karena takut menjadi penerima atau penyebar virus korona. Seperti yang sudah diketahui, masing- masing pribadi menjaga kesehatan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah mengurangi interaksi sosial dengan orang lain. Dengan keadaan yang seperti ini, masyarakat dituntut untuk melakukan interaksi virtual melalui Hp yang mereka gunakan. Dengan waktu yang sangat lama terjebak dalam situasi covid-19 ini, masyarakat sudah terbiasa dengan keadaan interaksi virtual yang menjadi sebuah rutinitas dalam kehidupan mereka. Bukan tatap muka (face to face) lagi yang mereka butuhkan tetapi Hp menjadi kebutuhan utama dalam melakukan sebuah interaksi (interaksi virtual). Banyak penggemar interaksi virtual ini lebih nyaman dengan menggunakan Hpnya sebagai teman dalam waktu senggang, padahal bisa saja kita mengobrol langsung dengan teman kerja kita dengan cara kita menjaga jarak saja. Salah satu penyebabnya karena kita terlalu sering menggunakan Hp di dalam rumah maupun di luar rumah. Hal ini merupakan tuntutan yang harus kita jalani dalam keseharian kita, baik dalam tuntutan pekerjaan maupun dalam mengisi waktu senggang yang kita miliki.

Dengan situasi seperti ini kita sebagai manusia yang diartikan sebagai makhluk sosial, dimana kita tidak bisa hidup tanpa orang lain. Maka, kita harus berinteraksi secara virtual untuk mekakukan interaksi sosial dengan orang lain. Interaksi virtual ini tentu sangat berbeda dengan interaksi yang kita lakukan sebelum pandemi ini datang. Jika kita mengingat kembali interaksi sosial yang kita lakukan dulu, kita memiliki waktu yang cukup banyak untuk melakukan percakapan antara satu dengan yang lain. Sedangkan, sekarang kita harus mengirim pesan teks dengan beberapa kata saja bahkan jika melakukan panggilan, lawan bicara kita atau kita sebagai pembicara sibuk dengan kesibukan yang kita lakukan dan mengabaikan panggilan yang diterima. Ataupun jika kita terima panggilan yang sedang masuk dalam Hp yang kita miliki biasanya perbincangannya tidak senikmat perbincangan yang dilakukan secara langsung pada saat bertemu. Hal lain juga mungkin kuota yang dimiliki atau pulsa yang harus dipersiapkan untuk melakukan panggilan tidak cukup untuk melakukan obrolan dalam waktu yang lama. Sehingga, membuat kita tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Akan tetapi, pertemuan secara langsung lebih asik karena kita tidak membutuhkan kuota atau pulsa untuk melakukan obrolan baik dengan waktu yang lama maupun waktu yang singkat saja. Keadaan ini menjadikan kita harus terkekang dalam rumah dan tidak melakukan interaksi yang bebas.

Tetapi, interaksi sosial seperti ini sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan kita karena pandemi covid yang tak kunjung hilang dari kehidupan masyarakat. Sehingga, banyak orang sudah menganggap interaksi dalam dunia maya sudah menjadi hal yang biasa. Hari demi hari kita sebagai pengonsumsi media digital semakin tak bisa terlepas dari telepon genggam kita. Bahkan dalam sehari kita bisa menggunakannya hampir 24 jam. Tidak pernah mengalami jenuh dan bosan dengan hidangan yang sangat variasi didalam Handphone tersebut. Hal ini menyebabkan kita sudah terlalu sering menggunakan telepon kita disetiap saat dan sudah merasa nyaman jika tanpa wujud nyata pun kita bisa membangun interaksi sosial walaupun dalam dunia maya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun