Mohon tunggu...
Lilis Erna Yulianti
Lilis Erna Yulianti Mohon Tunggu... Guru - Ibu Rumah Tangga, Guru, Coach, Mahasiswi Prodi Komunikasi Universitas Siber Asia

Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Karya Jelita Bu Kanjeng

4 Agustus 2020   22:22 Diperbarui: 4 Agustus 2020   22:43 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Guru biasa memberitahukan, guru baik menjelaskan, guru ahli memperagakan, dan guru hebat mengilhami." (William Arthur Ward)                       

Saya beruntung bertemu dengan seorang guru hebat walaupun melalui dunia maya. Seorang guru yang mampu mengilhamiku dengan beragam cerita pengalamannya sebagai seorang penulis yang juga berprofesi sebagai pegiat literasi, pengurus TPQ dan blogger yang bernama Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd atau biasa disebut bu Kanjeng.

Awal cerita ibu dari 4 orang anak ini memulai kegiatan menulis ketika usianya memasuki jelita atau jelang lima puluh tahun. Penulis kelahiran 8 April 1961 ini berprinsip "better late than never". Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Bu Kanjeng terus berusaha dan belajar sampai ketagihan untuk bisa menulis buku dan terus meng-upgrade diri menjadi seorang penulis.

Pada tahun 2007 ketika kuliah S2 Bu Kanjeng mulai mengenal internet, media sosial, sering pergi ke perpustakaan dan ke toko buku. Sampai pada akhirnya beliau menemukan satu buku karangan Ersis bahwa menulis buku itu mudah . Dari buku itulah beliau termotivasi dan meyakini harus bisa menulis. Proses yang dijalaninya dengan sering bersilaturahmi dan mau belajar di berbagai kegiatan pelatihan menulis baik daring maupun luring, aktif di blog Gurusiana dan komunitas sejuta guru ngeblog, mengisi atau berbagi dalam kegiatan bedah buku.

Beliau benar-benar seorang penulis yang sangat produktif. Untuk menjadi seorang penulis maka harus banyak membaca, mencoba menulis dan disiplin melakukannya. Agar bisa disiplin menulis maka buat kerangka tulisan, buat target, fokus pada target dan berikan  reward dan punishment. Jika kita bisa mencapai target maka berilah hadiah pada diri sendiri namun sebaliknya berilah hukuman jika kita tidak mencapai target.

Langkah selanjutnya kirimkan tulisan yang telah kita buat ke media massa dan jika sudah banyak halamannya maka bisa dibukukan. Teruslah menulis walaupun naskah kita ditolak. Asah terus keterampilan menulis sehingga menghasilkan banyak karya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika mengirim naskah ke penerbit yaitu : siapkan naskah yang sudah rapi, pilih penerbit yang sesuai dengan jenis naskah, perhatikan tata cara pengiriman dan ketentuan mengirim naskah ke penerbit, kirimkan naskah beserta sinopsis dan profil penulis, dan jangan mengirim naskah ke beberapa penerbit sekaligus.

Itulah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengirim naskah ke penerbit. Jika kita mengirim ke penerbit mayor tidak semua naskah akan diterima bahkan mungkin hanya sebagian kecil saja yang diterima. Sedangkan jika kita mengirim buku ke penerbit indie maka naskah kita sudah pasti diterima. Beliau memberikan tips agar buku kita dilirik penerbit sehingga dapat menghasilkan royalty yaitu dengan menyiapkan naskah yang sedang dibutuhkan orang banyak dan bergabung di grup menulis yang bekerja sama dengan penerbit.

Dalam menyiapkan naskah buku yang harus dilakukan pertama kali adalah kita harus punya ide menarik. Lalu buat outline sehingga bisa terpola dan tidak melantur kemana-mana dalam pembahasannya. Agar ide yang dituangkan bisa diterima pembaca tentukan dulu apa yang mau ditulis dan tulislah apa yang disukai dan dikuasai. Kita juga diberikan tips dan trik agar buku kita dikenal / disukai pembaca maka sebaiknya kita bergabung dengan komunitas menulis, mengadakan kegiatan bedah buku ataupun promo baik lewat online maupun offline.

Kesulitan terbesar selama menulis pada awalnya masalah waktu yang kadang tidak konsisten. Cara mengatasinya dengan mengubah mindset kita. Jadikan menulis sebagai kebutuhan bukan kewajiban. Menulislah setiap hari dengan penuh konsentrasi. Jika terjadi gangguan konsentrasi maka ubahlah mindset dan bergaulah dengan pegiat literasi. Untuk menjaga semangat menulis maka kita harus punya target yang cukup tinggi. Jadi saat ada ditengah-tengah semangatnya sudah ada yang diraihnya.

Biasanya beberapa penulis pemula bersama-sama menulis artikel dengan satu tema lalu dibukukan dalam bentuk antologi. Waktu penulisan tergantung jenis buku. Buku non fiksi lebih cepat karena ada referensi. Sedangkan fiksi bisa cepat tapi bisa juga lama tergantung komitmen dari hati dan target waktu. Selain fiksi dan non fiksi ada juga yang disebut faksi yaitu kisah nyata/fakta (true story) yang identitasnya dibuat karangan (fiksi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun