Mohon tunggu...
liliputbuntek
liliputbuntek Mohon Tunggu... -

Soul searching..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Denpasar, H+1 Setelah Bentrok Berdarah

20 Desember 2015   10:32 Diperbarui: 20 Desember 2015   11:16 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="dok. pribadi - jalan utama di Sabtu malam"][/caption]Jumat malam sewaktu saya sedang asyik santai di rumah, ada Whatsaap dari teman yang bilang " jangan keluar rumah, di jalan utama ada bentrokan ormas pakai senjata tajam dan senjata api." Saat itu jam 8 malam. Dasar orang skeptis, saya WA balik, "beneran bukan hoax?". Kawan saya langsung kirim postingan FB sebagai bukti pendukungnya.

Dari postingan di grup FB itu, saya jadi sadar bahwa memang ada peristiwa panas yang terjadi sekitar 1 km dari tempat tinggal saya. Deket banget! Apalagi Lapas Kerobokan, tempak kejadian perkara pertama jaraknya juga sekitaran 5-10 menit dari tempat saya kerja. Bulu kuduk langsung berdiri. Soalnya hari Jumat itu saya sedang tugas luar, dan diluar dugaan macetnya luar biasa. Bahkan pada jam 10 pagi, perempatan jalan teuku Umar - Imam Bonjol saja macetnya sudah sepanjang 600 meteran. Ini luar biasa. Saya sampai harus cari jalan tikus supaya bisa sampai tujuan. Saya nggak berani adu motor di tengah-tengah macet begitu. Untungnya ketika saya selesai tugas luar, waktu sudah tidak memungkinkan untuk balik ke kantor. Jadi etelah dapat ijin boss untuk langsung pulang ke rumah, saya langsung cuss. Nggak sempat merasakan macetnya Lapas Kerobokan yang hari normal saja sudah macet, apalagi pas ada kejadian luar biasa begini.

Laskar Bali dan Baladika. Keduanya adalah ormas yang sejak dari dulu terkenal musuh bebuyutan. Sering bentrok. Kalau Anda sedang berkendara di Bali, pasti akan sering mendapati baliho-baliho besar yang isinya mengucapkan hari raya, atau sekedar memamerkan logo-logo mereka. Dari sinilah saya mulai paham kalau ada organisasi kemasyarakatan yang di baliho tersebut tertulis misinya 'menjaga Bali dari pengaruh luar'. Dua yang paling terkenal adalah Laskar Bali dan Baladika.

Kedua ormas diatas, bisa dikatakan musuh bebuyutan. Sering bentrok. Sebagai ormas, keduanya menjual jasa keamanan. Dari sebuah postingan di FB, saya dapat info kalau mereka memperoleh jumlah yang tidak sedikit dari jasa keamanan ini. Ya, mirip-miriplah dengan apa yang terjadi di Tanah Abang. Tentu saja, di dunia yang abu-abu ini, mereka juga bersentuhan dan bergesekan dengan aparat penegak hukum. Dengan jumlah massa yang besar, tak jarang mereka juga didekati oleh politisi. Dengan latar belakang begini, mereka mudah 'dibayar' untuk bertarung. Dan ternyata, tidak semua masyarakat Bali ternyata mendukung dan menyukai ormas-ormas ini. Dalam surat pembaca koran Balipost (saya lupa tahun berapa), ada beberapa permintaan masyarakat untuk membubarkan keduanya.

Nah, Sabtu malam kemarin ceritanya saya kepingin beli soto. Nah, soto enak itu adanya di Jalan teuku Umar. Awalnya saya ragu, tapi karena perut lapar jadi berangkat juga. Pas lewat toko/warung yang 'katanya' tempat kejadian perkara, saya mengucapkan doa dalam hati. Semoga angkara murka yang berdiam disana sudah pergi. Eh, apa harus upacara Mecaru dulu ya? Upacara Mecaru, singkatnya adalah upacara yang bertujuan untuk keharmonisan bhuwana agung (alam semesta) dan bhuwana alit (bumi) agar menjadi baik, indah, lestari. Yang membuat saya bertanya-tanya, untuk ukuran malam minggu, jalanan relatif sepi.

Pas nyampe di warung dan menunggu pesanan saya diracik, saya iseng baca surat kabar Radar Bali yang tergeletak diatas meja. Rupanya, masalah bentrokan berdarah tersebut juga mendapat perhatian di luar negri. Beberapa tamu membatalkan kedatangannya ke Bali, dan wisatawan lokal dari luar Bali juga enggan datang ke Bali. Mereka takut dengan kondisi Bali yang sedang hangat. Di koran, saya baca juga bahwa kepolisian memastikan Bali aman, calon wisatawan tidak perlu takut. Tapi mungkin, masyarakat Denpasar sendiri sebetulnya masih merasa was-was. Buktinya, jalanan jam 8 malam di Sabtu malam kemarin sedikit lengang dibanding lalu lintas normal di Sabtu malam. Kawan saya yang rumahnya sekitar Lapas Kerobokan juga bilang walau lalu lintas sudah norma, tapi masih banyak polisi berjaga-jaga di Lapas.

Mengenai korban-korban yang meninggal, saya sempat tanya ke kawan saya yang Hindu apakah tidak ada upacara tambahan untuk mereka karena, bisa dikatakan, meninggal tidak wajar. Kawan saya bilang kalau itu tergantung peraturan banjar mereka masing-masing. Setiap upacara di Bali itu tidak murah, apalagi untuk upacara kematian terlebih lagi kalau langsung di-aben. Saya harap ada perhatian dari ormas masing-masing untuk membantu secara maksimal keluarga mereka yang harus mengurus jenazah dan segala keperluannya, baik keperluan kematian, kepolisian, dan rumah sakit. Semoga.

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun