Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Undang-Undang Berlaku Sehari Saja?

9 Agustus 2018   12:34 Diperbarui: 25 Juni 2023   15:45 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pesisirnews.com

Barangkali maksud Pak Lurah dalam kalimat imbauannya adalah warga tidak boleh membakar sampah sepanjang waktu, dua puluh empat jam dalam sehari, tujuh hari dalam seminggu. 

Namun ada penekanan bahwa tanggal yang disebutkan dalam kalimat tersebut merupakan hari istimewa, harus berbeda dengan hari-hari lainnya. Dengan adanya peristiwa istimewa tersebut, Pak Lurah menginginkan warganya lebih bersungguh-sungguh mematuhi aturan terkait pembakaran sampah pada tanggal tersebut.

Bila yang dimaksud Pak Lurah demikian dan warga memahami serta melaksanakannya, maka kita tidak perlu mengkhawatirkannya. Warga tidak akan membakar sampah sembarangan pada hari apa pun dan tanggal berapa saja.

Kemungkinan lain, terdapat kesalahpahaman warga dalam menerjemahkan maksud kalimat Pak Lurah. Warga mengira tidak ada ketentuan yang melarang warga membakar sampah.

Kalaupun warga tidak membakar sampah pada hari yang ditentukan oleh Pak Lurah, itu semata-mata demi mematuhi anjuran Pak Lurah, bukan dalam rangka menaati Undang-Undang. Bila hal itu terjadi, maka terbuka kemungkinan warga membakar sampah sesuka hati di luar tanggal yang ditetapkan Pak Lurah.

Kemungkinan berikutnya, sebenarnya warga memahami bahwa aturan pembakaran sampah berlaku sepanjang tahun dan Pak Lurah berharap warga lebih bersungguh-sungguh menaati aturan itu pada hari yang ditetapkan.

Namun kondisi ini masih berpotensi timbulnya pelanggaran. Bisa jadi warga melihat ketidaktegasan pemerintah desa dalam menerapkan aturan pembakaran sampah. Ketidaktegasan itu tampak dalam kalimat yang samar dan tidak tegas mewajibkan warga untuk tidak membakar sampah setiap hari dan tidak ada hari istimewa dalam urusan membakar sampah.

Kemungkinan terakhir dan yang paling celaka, pemerintah desa bernafsu besar memenangkan lomba dan menjadikan kemenangan itu sebagai tujuan utama. Jika ini yang terjadi, maka dampak yang ditimbulkan bisa menjadi petaka.

Bila hasrat  popularitas---atau ambisi pribadi lain--telah menguasai hati, maka tujuan bisa berbelok arah. Program yang sejatinya hanya sebagai perantara pencapaian suatu tujuan akhir yang jauh lebih besar diperlakukan sebagai tujuan akhir itu sendiri. Maka, tujuan jangka pendek itulah yang kemudian ditetapkan sebagai target utama yang akan dikejar.

 Kepedulian orang akan digiring ke makna yang terlalu sempit. Orang didorong untuk mengejar kebanggaan sesaat. Kebanggaan yang mencuat ketika menerima piala atau mendapat penghargaan.  Selepas kejuaraan, praktik keseharian bisa jadi bertolak belakang dengan tujuan dibuatnya peraturan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun