Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seorang Pemuda Bercanda tentang Bom, Benarkah?

29 Mei 2018   13:26 Diperbarui: 29 Mei 2018   13:37 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.merdeka.com

Siang ini saya menyimak berita di Metro TV, Senin malam lalu seorang pemuda calon penumpang Lion Air dari Bandara Supadio di Pontianak tujuan Bandara Soekarno-Hatta Jakarta melontarkan 'canda' kepada pramugari bahwa tas miliknya yang ditaruh di kabin pesawat berisi bom. Maka, kekacauan pun terjadi hingga menimbulkan cedera pada beberapa penumpang.

Kata sang penyiar, ulah sang pemuda adalah dalam rangka meluapkan kekesalannya kepada maskapai penerbangan yang menurutnya tidak memberikan layanan sesuai yang diharapkannya.

Setelah mematikan televisi, saya pun segera membayangkan beberapa hal terkait berita itu.

Pertama, dari segi bahasa, KBBI menjabarkan kata 'canda' dalam beberapa istilah lain, yakni kelakar, senda gurau dan seloroh. Kata 'kelakar' diartikan oleh KBBI sebagai perkataan yang bersifat lucu untuk membuat orang tertawa (gembira). Saya menggarisbawahi kata 'lucu', 'tertawa' dan 'gembira'.

Saat mendapati orang-orang lintang pukang ketakutan hingga melakukan hal-hal tak masuk akal karena panik, seperti terjun dari pintu darurat pesawat terbang, tentu sangat berlawanan dengan kondisi lucu dan gembira, apalagi tertawa. Ditambah lagi motif si pemuda adalah melampiaskan kekesalan. Sudah pasti ia tidak sedang mengajak si pramugari atau siapa pun bergurau.

Kedua, bila hal demikian masih dikategorikan canda, sudah tentu bukan 'candaan yang membangun'. Menurut ajaran agama yang saya anut, bercanda tidaklah seperti yang dilakukan oleh pemuda itu. Rasulullah SAW mengajarkan untuk tetap menjaga kebenaran dalam bercanda.

'Ubaid bin Umair meriwayatkan ia pernah mendengar seorang lelaki yang bertanya kepada Ibnu Umar, "Apakah kamu pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya aku suka bergurau, tetapi aku tidak berkata melainkan kebenaran.'" Ibnu Umar menjawab, "Ya". (HR. At-Tirmidzi, kita al-Birru wash-Shalati) ("Canda Ala Rasulullah", khazanah.republika.co.id)

Ketiga, beberapa waktu sebelum ini, rentetan kejadian memilukan terkait bom telah menelan demikian banyak korban serta mengoyak perasaan manusia. Tentu sangat tidak tepat melontarkan 'gurauan' menyangkut bom. Tidak selayaknya tragedi yang belum hilang dari bayangan indera kita dijadikan sumber lelucon.

Keempat, apakah si pemuda tidak membayangkan ancaman pasal 437 UU No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dengan kemungkinan meringkuk di sel penjara hingga 15 tahun? 

Mungkin juga ia belum pernah tahu undang-undang itu. Padahal, sesuai pemberitaan, ia adalah seorang mahasiswa atau mantan mahasiswa lulusan sebuah Perguruan Tinggi. Jadi sang  pemuda adalah seorang intelektual. Bukankah seorang intelektual seharusnya lebih paham dan sadar hukum?

Nah, bila kelak ia benar-benar masuk bui---atau setidaknya ia kini telah merasakan interogasi pihak yang berwajib--, apakah ia masih tetap menganggap ulahnya sebagai gurauan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun