Kalau berbicara takdir Tuhan, tentu semua hal tidak terlepas dari  catatan takdir tersebut. Yang berarti setiap musibah harus disadari untuk diterima tanpa dicari-cari kesalahan dengan menuding pihak-pihak yang terlibat.
Tetapi ada titik pembeda kehidupan manusia dibumi diantara semua makhluk ciptaan-Nya, yaitu bahwa manusia memiliki tanggung jawab atas sebuah pilihan tindakan yang dilakukannya. Terutama dalam koridor kehidupan berbangsa dan bernegara yang memiliki dasar aturan hukum.
Menelusuri Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022, Kita semua sebagai bagian dari penegak hukum merasa ikut terpanggil untuk turut serta mengawal tragedi ini demi sebuah pertanggungjawaban hukum, demi rasa keadilan, dan demi perubahan yang lebih baik setelahnya. Oleh karena itu semakin banyak yang peduli akan semakin baik. Dengan satu persepsi demi pertanggungjawaban, demi keadilan dan demi perubahan yang lebih baik.
Sebab setiap adanya satu korban jiwa, mestilah ada pertanggungjawabanya, sedangkan tragedi ini telah merenggut 130 jiwa, yang kebanyakan diantara mereka masih berusia remaja. Disinilah kita ikut merasakan pedih dan prihatin atas nama moral kemanusiaan, bagaimana rasanya kehilangan anak, keluarga dalam tragedi yang semestinya masih bisa dicegah.
Bahwa sebuah jabatan itu dititipkan amanah dibaliknya, disisi lain terdapat sebuah kehormatan tapi disisi lainnya terdapat resiko yang harus dipertanggungjawbkan. Oleh karena itulah dibutuhkan jiwa jujur ksatria atas sebuah jabatan ketika tidak mampu mengembannya (baik karena lalai ataupun sengaja), setidaknya dengan melakukan permintamaafan serta pengunduran diri dengan kesadaran sepenuhnya.
Kholilatul Ummah
Malang, 7 Oktober 2022
