Mohon tunggu...
Lidia Alfi
Lidia Alfi Mohon Tunggu... Freelancer - Pecinta makanan

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Secercah Cahaya yang Hilang

17 Juni 2018   09:36 Diperbarui: 17 Juni 2018   10:06 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah lama ku mendambakan punya anak kedua, usaha dan doa tiap malam ku panjatkan agar Alloh meniupkan kehidupan di perutku. Tiap malam selalu mengkhayal jika punya anak lagi , mungkin kebahagiaan akan bertambah apalagi jika anak kedua laki-laki.

Senangnya suamiku jika melihat anak laki-laki yang kecil lagi menggemaskan sampai-sampai ada niatan untuk dirawat. Aku pun sama ketika menjenguk teman yang habis melahirkan..rasa gemas itu muncul dan rasa rindu menggendong bayi itu mengalir. Kadang sampai malam bertamu dari yang memandikan, membarut sampai meninabobokan.

Alhamdulillah doa itu terkabul, ada sebuah janin yang ada di perutku. Bidan bilang baru berumur satu minggu. Rasa haru, bahagia dan senang kami rasakan, dan rasa syukuur kami ucapkan. Ku berjanji akan merawatnya sampai melahirkan dan tumbuh hingga dewasa.

Tiap malam ku usap usap perutku agar janin yang ada di perut juga merasakan betapa cintanya pada dirimu. Untuk menjaganya asupan makananpun ku pilih yang bergizi, dan berhati-hati juga dalam beraktivitas. Cahaya kebahagiaan akan lahir.

Tapi kemarin malam perutku sakitnya bukan main, perih dan mau apa-apa juga susah dan keluar bercak darah. Ku minta untuk di bawa ke dokter karena takut ada apa apa dengan perutku.

Rasa was was, sedih dan khawatir menghantui. Dan dokter pun berkata kalau aku keguguran. Seperti tersambar petir, jantung seperti mau copot, kenapa ini terjadi? Apa aku salah makan? Atau aku kecapaian? Tuhan kenapa ini terjadi?

Air mata menetes tiada henti, anak yang ku damba sekarang pergi meninggalkanku, belum genap satu bulan kau tidak betah di perut ibumu nak..
Apa ibu kurang untuk menjagamu?
Apa ibu kurang memberi asupan makan yang bergizi untukmu?

Dan apa mungkin belum waktunya untuk mempunyai anak lagi? Ku mengikhlaskanmu untuk bertemu Alloh lebih dulu Dan semoga engkau menjadi tabungan surgaku, walaupun ada Secercah cahaya kebahagiaan yang hilang .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun