Mohon tunggu...
Liby Sinaga
Liby Sinaga Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat untuk Bumi Indonesia

27 September 2016   19:20 Diperbarui: 27 September 2016   19:22 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia, waktu dimana manusia masih merasa bumi adalah milik mereka.

Kepada yang terkasih,

Bumiku Indonesia

Bagaimana kabarmu wahai bumi? Masihkah kau indah seperti ketika pertama kali kita bertemu? Atau sudah lupakah kau padaku? Melalui surat ini aku ingin mengakui dosa – dosaku akan setiap hal buruk yang pernah aku dan semua penghunimu yang begitu kau kasihi perbuat terhadapmu. Mungkin kau akan marah, atau bahkan tak mampu lagi menunjukkan amarah itu karena setiap hari kau menyadari ada luka di dalammu yang kami ciptakan, namun percayalah, kami benar – benar menyesal.

Dengan segala ketakutanku aku menulis surat ini dengan segala keterbatasanku. Mungkin kau merasa ini adalah penghinaan bagimu dimana aku menuliskan permintaan maafku melalui lembaran kertas yang kuambil dari tebangan pepohonan yang menghiasi tubuhmu dan membuatmu lumpuh dan buruk rupa. Namun banyak hal yang belum mampu kuubah, aku sendiri marah dengan orang – orang lain sebesar kemarahmu pada mereka, percayalah, namun aku pun tak berdaya melawan keyakinan kosong manusia – manusia disekelilingku.

Aku mengakui akupun mengambil bagian dari semua kesakitan yang kau alami saat ini. Setiap hari, aku pergi menimba ilmu dengan kendaraan yang berasap dan membuatmu terbatuk. Menimba ilmu katanya, alasan terbaik untuk menghabiskan semua penghias tubuhmu hingga kau menjadi tak hijau lagi. Kami ingin menjadi mahluk terpandai di bumi ini, kami ingin Indonesia maju sehingga kami mengorbankan banyak pepohonan untuk dijadikan lembaran – lembaran kertas dengan goresan tinta untuk dipelajari.

Kami lupa oh bumiku Indonesia, kami berusaha memajukanmu namun kami juga melumpuhkanmu. Dulu, kau memberi kami banyak makanan, padi – padi yang hijau dengan semua sayur mayur dan buah yang segar hingga negara ini dijuluki Negara Agraris, namun apa balasan kami kepadamu? Kami menghancurkan semua hutan yang ada dan membangun gedung gedung besar tanpa menyisakan paru – parumu sedikitpun. Ya , aku salah, kami salah.

Saat ini, kami lagi – lagi melupakanmu karena koruptor – koruptor yang kami rasa menjadi hama bagi kami. Kami terlalu sibuk mencari siapa yang bersalah hingga kami merasa kami lah yang paling benar. Kadang aku bertanya, apakah kami sama seperti koruptor – koruptor itu bagimu? Menganggumu, menyakitimu bagaikan hama yang lapar dan dengan ganasnya mengambil semua keuntungan yang dapat diambil. Kami ingin menjadikan Negara Indonesia sebuah negara yang maju, dan lagi – lagi kami lupa, maju yang kami harapkan adalah kemunduran yang sesungguhnya.

Aku berada di dalammu, namun kau tak dapat ku raih. Aku selalu bersamamu namun tak pernah ku rasakan kehadiranmu. Namun satu hal pasti yang kutahu, aku mendengarmu menangis, meraung, marah, namun kau tetap tersenyum. Aku tahu ini membingungkan, namun semua tingkah kami yang menyakitimu membuatmu marah namun kau tetap mencintai kami. Selalu ada hal – hal kecil yang membuat semua kesakitan itu pudar dan tergantikan dengan rasa kasih yang besar. Aku ingin menjadi salah satu dari hal yang membuatmu tersenyum kembali bumi Indonesiaku.

Maafkan aku dan semua penghunimu yang kau cintai oh Bumi Indonesiaku tercinta. Kaulah kekuatan sekaligus pelindung kami. Memang kami adalah manusia bodoh yang menyia – nyiakan harta berharga sepertimu. Kami pantas mendapatkan semua kemarahanmu yang belum tersampaikan itu. Namun aku disini, aku berdiri untukmu. Akan kuyakinkan semua manusia bahwa kaulah yang paling berharga dihidup kami. Tanpa kehadiranmu, mungkin kamu pun tak pernah ada. Tanpamu mungkin kamu sedang mengambang bebas di suatu tempat yang bahkan tak melindungi kami dan membuat kami tak pernah merasakan manis dan pahitnya hidup ini.

Ingatlah aku ketika kau hendak marah. Ingatlah semua manusia yang berusaha memberikan jiwa mereka untukmu dan kelangsungan hidupmu. Kau boleh menghukum kami, kami pantas mendapatkannya. Namun, ijinkan kami menikmati hidup ini bersama denganmu hingga ujung usia kami.

Sekian surat ini kusampaikan dalam duka

Mahluk kecil yang tinggal di dalammu

Liby Sinaga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun