Mohon tunggu...
LIANNA RAHMAWATI TOHIROH
LIANNA RAHMAWATI TOHIROH Mohon Tunggu... PRODUCTION ASSISTANT (PA) - MNC MEDIA/INEWS/IDX CHANNEL -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Sebuah Gambar "Berbicara"

31 Agustus 2017   10:32 Diperbarui: 31 Agustus 2017   10:43 1145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
menjadi gambar seorang wanita - digitalrev.com

Kekuatan visual memang tak bisa dipungkiri.  Ketika sebuah ucapan tak mampu lagi didengar, maka kreatifitas dan seni  yang kemudian berbicara. Sebuah gambar bisa saja secara detail justru  'berbicara' semua.

Perang dan damai, dua kosakata yang memang  bertentangan dan menjadi angan. Sebagai seorang mahasiswa lulusan ilmu  broadcasting journalism, hati saya tergelitik untuk me-repost berita  ini. Sebuah berita ringan yang kemudian justru bisa menarik perhatian  (menurut pendapat pribadiku).

Judul tulisan pada sebuah laman ternama yakni "Seniman Yaman Ubah Foto Perang jadi Gambar Penuh Damai dan Cinta".  Tergerak hatiku menjelajahi setiap tulisan dan gambar yang tertera  disana. Diceritakan bahwa perang saudara yang terjadi di Yaman dianggap  kurang mendapat perhatian serius dari media barat, tersaingi oleh berita  mengenai ISIS.

Konflik ini menyebabkan bangunan publik  porak poranda, lebih dari 6000 jiwa tewas, sementara 2juta lainnya  memilih meningggalkan negaranya. Ditengah krisis kemanusian dan  ketidakpedulian sosial, seniman yang juga berasal dari Yaman bernama Sabba Jallas justru serukan pesan damai lewat kreatifitas seni yang ia miliki. Apa  yang ia lakukan? Ia melukis foto-foto kepulan asap akibat serangan  udara, bom atau foto akibat konflik negaranya dengan gambar penuh cinta  dan pesan damai.

Media kerap kali melupakan konflik  kemanusiaan dan sosial dari sebuah persitiwa perang. Atau bahkan hanya  fokus melihat pada sisi perang, ekstrem, penuh rasa ngeri, dampak perang  dan lainnya, hanya karena mementingkan kecepatan, ketepatan,  aktualitas, dan juga menarik perhatian khalayak. Sisi lain yang kadang  terlupakan dalam meliput sebuah peperangan, yakni menunjukkan pula sisi  lain pada khalayak. Ya....Jurnalisme Damai

Jurnalisme damai menurutku sederhana.  Bagaimana cara seseorang (jurnalis khususnya) untuk dapat membuat  khalayak mengerti apa sisi lain pada sebuah konflik atau perang, sebuah  sisi humanisme.  Dapat menghadirkan pesan damai dari sebuah konflik perang. Apapun  bentuknya, seberapa pun besarnya. Dan mungkin saja, Saba Jallas telah  melakukannya.

Ketika sebuah gambar 'berbicara'. Mungkin  Sabba ingin menyadarkan betapa indahnya hidup harmonis penuh damai dan  cinta. Maka ia menghadirkan gambar-gambar ini.

hidden message disana, perdamaian - digitalrev.com
hidden message disana, perdamaian - digitalrev.com
perempuan pembawa bunga, perdamaian - digitalrev.com
perempuan pembawa bunga, perdamaian - digitalrev.com
Sabba Jallas mengaku, ia mendapat inspirasi  dari seniman Palestina yang menggambar ulang asap dan ledakan di Gaza  pada 2014 dengan gambar-gambar penuh harapan indah mengenai masa depan  negara yang lebih baik (yang entah kapan akan terjadi). Jallas memulai imajinasinya melalui ponsel pribadinya. Memposting di akun facebook  miliknya, kemudian gambar itu akhirnya membawa simpati dari berbagai  kalangan di belahan dunia.

Inspirasi yang ia tuangkan pada lukisan atau  gambar miliknya kebanyakan perempuan dan anak-anak, tak ketinggalan  juga bunga-bunga. Simbolis menunjukkan kecantikan dan pertumbuhan  (mungkin bagi negaranya, Yaman). Ia berharap konflik atau perang sipil  di Yaman segera berakhir. Ia akan tetap berbicara, menyerukan suara  melalui karya miliknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun