Mohon tunggu...
Lia
Lia Mohon Tunggu... Karyawan Biasa

Saya hanya seorang single mom yang sedang menjalani perjalanan hidup penuh dinamika di usia >45 tahun. Selain mengelola keluarga dan karier, saya menikmati eksplorasi gaya hidup “YOLO” dengan semangat dan kesadaran diri. Saya suka menulis tentang perjalanan hidup, dari suka duka menjadi single mom, tantangan karier, hingga cerita ringan dan refleksi tentang pertemanan. Semua tulisan saya kemas dengan sudut pandang psikologis yang berusaha menggali makna dan pelajaran di balik pengalaman sehari-hari. Kepribadian saya cenderung introvert tapi terbuka, suka mengamati dan memahami dinamika sosial dan emosi manusia. Saya harap cerita saya bisa menginspirasi dan memberi insight, sekaligus membuka ruang diskusi dan mungkin, siapa tahu, membawa berkah lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ketika Pertemanan Terasa Ambigu : Tentang Empati, Batas, dan Keheningan yang Tak Perlu

5 Oktober 2025   20:33 Diperbarui: 5 Oktober 2025   20:33 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Refleksi untuk Jiwa Peka yang Ingin Menjaga Tapi Juga Ingin Tetap Terhubung

Disclaimer:
Tulisan ini bukan kisah cinta, melainkan refleksi pribadi tentang pertemanan lintas gender dan dinamika emosional di baliknya. Aku bukan psikolog --- hanya seseorang yang mencoba memahami pengalaman ini dengan bantuan insight dari teknologi AI yang menemaniku menulis.

Aku perempuan >45 tahun, single mom, yang sudah cukup lama menikmati hidup dengan tenang dan mandiri.
Aku sudah terbiasa bersahabat dengan banyak orang, laki-laki maupun perempuan, tanpa beban atau prasangka.

Lalu suatu hari, aku berteman dengan seorang laki-laki >35 tahun.
Dia sudah berkeluarga, orangnya sopan, ringan diajak ngobrol, dan punya aura tenang yang menyenangkan.
Awalnya hanya teman main di komunitas olahraga, tapi lama-lama, percakapan kami terasa nyambung.

Bukan romantis, bukan flirting, hanya koneksi yang... hangat.
Tapi rupanya, di mata sebagian orang, kedekatan seperti itu sulit diterima begitu saja.
Apalagi ketika yang satu single mom berusia jauh lebih tua, dan yang satu laki-laki muda beristri.

Dan di sinilah semua mulai terasa rumit, bukan karena kami melanggar batas, tapi karena kami terlalu takut dianggap melanggar.


Awalnya hanya obrolan ringan. Tentang olahraga, tentang hobi, kadang hanya sapaan basa-basi di sela aktivitas. Tapi entah bagaimana, pertemanan itu terasa tumbuh... lalu perlahan berubah arah.

Bukan karena cinta, bukan juga karena hasrat tersembunyi. Tapi ada sesuatu di antara: kedekatan yang nyaman, rasa saling menjaga, dan keinginan untuk tetap berada dalam ruang aman.
Hanya saja, yang sering kali tak kita sadari bahkan niat paling tulus pun bisa menimbulkan luka, kalau tidak disampaikan dengan jelas.

Ketika "Jaga Jarak" Dimulai dari Niat Melindungi

Aku mulai merasa waspada bukan karena orangnya bersikap tidak pantas, tapi karena satu komentar teman yang membunyikan alarm sosial di kepalaku:

"Dia approach lo."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun