Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

"Shape of My Heart" dan Kartu Jokowi

28 September 2019   08:03 Diperbarui: 30 September 2019   11:46 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dialog adalah pendekatan yang sering dilakukan oleh Jokowi. Ini dilakukan dengan berbagai kelompok, termasuk kelompok yang dianggap berseberangan dengannya. Kali ini, dialog menjadi aspek yang dipertanyakan banyak pihak. 

Presiden Jokowi memang tampak terjepit partai partai pendukungnya di DPR yang mendorong revisi UU KPK. Operasi senyap DPR yang diawali dengan senyap dan engendap endap itu sudah berkembang menjadi perampok di mata rakyat.

Siapapun yang telah dengan susah payah membayar pajak kepada negara tidak akan rela duit setorannya akan dirampok DPR, yang jelas jelas ada dalam daftar panjang tersangka KPK.

Memang saat ini harapan ada di tangan Presiden kita.

Di satu sisi kita semua gemas karena tampak bahwa pemerintah, khususnya Jokowi seakan kecolongan dengan langkah DPR. Di sisi lain, saya menaruh harapan besar pada ketrampilan politik pak Jokowi.

Namun, bila kita lihat ke belakang, apa yang kita lihat sejak masa Pilpres periode 2014-2019 dan 2019 -- 2014 menunjukkan ketrampilannya yang unik. Lihat juga bagaimana ia bisa duduk bersama Prabowo dalam suatu perjalanan dengan MRT di suatu pagi di bulan Juli. 

Ini merupakan pembelajaran terbesar dari Pilpres 2019 yang begitu intens dalam persaingan keduanya. Jokowi yang insiyur dan pro pembangunan infrastruktur dan hendak mewujudkan keadilan sosial melawan Prabowo yang mantan jenderal yang menjanjikan Indonesia baru dengan nafas nasionalis dan dukungan kelompok Islam yang dianggap cukup radikal. Proses ini adalah transformasi politik yang menarik sekali. Analis politikpun mungkin mumet membaca situasi ini.

Saya pernah menuliskan tentang Aris Huang, analis tamu yang ada di lembaga SMERU yang menuliskan opininya di the Jakarta Post 'Jokowi-Prabowo Political Reconciliation As Javanese Strategy". 

Ini terkait gaya berpolitik Jokowi yang menggunakan langgam filosofi Jawa dalam peta kekuasaan politik. Jokowi yang tampak tenang 'menyedot' enerji Prabowo yang menggebu gebu. 

Sebagai orang Jawa, Jokowi tetap tenang memberi ruang politik kepada Prabowo agar sistem politik demokrasi berjalan. Tanpa Prabowo, Jokowi tidak ada. 

Dalam kultur politik Jawa, seorang pemimpin ada bukan hanya karena perubahan politik sebagai konsekuensi rasional dari proses pemilu saja, tetapi juga dukungan masyarakat melalui proses budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun