Mohon tunggu...
Levi William Sangi
Levi William Sangi Mohon Tunggu... Petani - Bangga Menjadi Petani

Kebun adalah tempat favoritku, sebuah pondok kecil beratapkan katu bermejakan bambu tempat aku menulis semua rasa. Seakan alam terus berbisik mengungkapkan rasa di hati dan jiwa dan memaksa tangan untuk melepas cangkul tua berganti pena".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ignasius Bria, Volunteer Pertanian di Pedalaman Asmat Papua yang Mengubah Lumpur Menjadi Kebun

17 Juli 2020   22:19 Diperbarui: 17 Juli 2020   22:27 3150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ignasius Bria bersama anak-anak pedalaman Asmat, Papua. Dokpri Ignasius Bria

Hari itu, Ignasius harus bergegas kembali ke pedalaman Asmat, tepatnya di suatu kampung terpencil yang bernama Er. Sebuah kampung kecil di tengah pedalaman hutan Asmat. 

Sebuah kampung yang menjadi alasan dan saksi setiap perjuangan Ignasius bersama istri dan empat orang temannya. Perjuangan untuk menegakkan kedaulatan pangan bagi penduduk pedalaman di sebuah tempat terpencil di bumi cendrawasih ini.

Hari itu adalah hari yang tak akan dilupakannya, menjadi hari dimana dia harus rela berpisah untuk sementara waktu lamanya dengan orang yang sangat dia sayangi. 

Ignasius baru saja mengantarkan istri dan anak semata wayangnya yang baru berusia 8 bulan itu untuk pulang ke kampung halaman istri tercintanya jauh dari tanah Papua ke Sumatera Utara, setelah sekian lama sang istri menemani dia dalam perjuangan menjadi pahlawan pangan dan juga pahlawan gizi ditengah pedalaman Suku Asmat.

Istri Ignasius Bria yang bernama Elsita Sinaga harus berpisah sementara waktu dengan sang suami setelah hampir 2 tahun menemani suami tercinta menjadi volunteer pertanian di pedalaman Asmat. 

Sampai tulisan ini ditulis, hampir 4 tahun sudah pria berhati mulia ini berketetapan mengikuti panggilan hati menjadi volunteer pertanian di pedalaman Asmat, Papua. 

Istri Ignasius Bria saat bersama anak-anak pedalaman Suku Asmat, Papua. Dokpri Ignasius Bria
Istri Ignasius Bria saat bersama anak-anak pedalaman Suku Asmat, Papua. Dokpri Ignasius Bria

Semua orang tahu bahwa tanah Papua adalah tanah yang kaya. Namun tak banyak yang tahu, bahwa di kampung ini, untuk mencari makan saja mereka harus mencarinya di hutan rimba.

Penyakit campak, malaria, busung lapar, dan gizi buruk menjadi ancaman bagi anak-anak yang tinggal di pedalaman hutan Asmat ini. 

Tidak pernah terlupakan oleh Ignasius, ketika ditahun 2018 yang silam, di harus menyaksikan sendiri ratusan anak-anak meninggal dunia akibat campak, malaria, busung lapar dan gizi buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun