Mohon tunggu...
Levi William Sangi
Levi William Sangi Mohon Tunggu... Petani - Bangga Menjadi Petani

Kebun adalah tempat favoritku, sebuah pondok kecil beratapkan katu bermejakan bambu tempat aku menulis semua rasa. Seakan alam terus berbisik mengungkapkan rasa di hati dan jiwa dan memaksa tangan untuk melepas cangkul tua berganti pena".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ignasius Bria, Volunteer Pertanian di Pedalaman Asmat Papua yang Mengubah Lumpur Menjadi Kebun

17 Juli 2020   22:19 Diperbarui: 17 Juli 2020   22:27 3150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ignasius Bria bersama anak-anak pedalaman Asmat, Papua. Dokpri Ignasius Bria

Ketika bibit ikan diterima dan langsung di taruh dalam beberapa kolam yang sudah dibuat oleh penduduk disana membuat Ignasius sangat senang. 

Pembuatan Kolam Ikan dengan hanya menggunakan tangan dan alat seadanya. Dokpri Ignasius Bria
Pembuatan Kolam Ikan dengan hanya menggunakan tangan dan alat seadanya. Dokpri Ignasius Bria

Namun kegembiraan Ignasius itu sayangnya hanya sesaat, ketika keesokan harinya Ignasius mendapati pakan ikan yang terdiri dari beberapa karung telah lenyap, dan setelah dicari tahu, ternyata pakan ikan yang terdiri dari beberapa karung untuk digunakan sampai panen nanti ternyata sudah dituang habis ke kolam ikan dan membuat semua bibit ikan dalam kolam mati keracunan. Penduduk disana berpikir bahwa pakan itu harus diberikan semua sekaligus ke ikan. 

Penduduk disana juga pernah mendapatkan bantuan benih padi, peralatan bercocok tanam seperti cangkul dan uang tunai yang lumayan besar namun semua bantuan itu lenyap dan habis begitu saja karena penduduk disana tidak tahu apa yang harus mereka buat dengan bantuan itu. 

Bagi Ignasius sendiri, pendampingan kepada mereka adalah yang paling dibutuhkan oleh mereka. Maka dari kejadian itu, Ignasius yang berlatar belakang pendidikan Filsafat harus belajar tentang dunia pertanian, belajar tentang cara budidaya tanaman yang baik, sebuah ilmu yang tak pernah dipelajarinya ketika di bangku sekolah dan kuliahan. 

Penduduk pedalaman yang sudah mulai ikut belajar menanam sayuran. Dokpri Ignasius Bria
Penduduk pedalaman yang sudah mulai ikut belajar menanam sayuran. Dokpri Ignasius Bria

Bagi Ignasius yang sebelumnya sempat membina 22 kepala keluarga dalam bercocok tanam, namun sekarang ketika tulisan ini ditulis tersisa hanya 2 kepala keluarga yang masih tetap aktif bercocok tanam. 

Beberapa yang lain telah menyerah dan kembali pada kebiasaan lama mencari makanan di hutan. Ignasius masih tetap optimis karena masih ada keluarga seperti Keluarga Bibiana Tondair dan Keluarga Daniel Bisak yang sampai sekarang masih tetap terus menanam. Adapun yang sekarang telah mereka tanam seperti beberapa jenis sayuran, dan buahan seperti pisang, lemon dan nenas.  

Bukan tanpa alasan banyak dari mereka yang berhenti menanam diakibatkan proses untuk mengolah lahan untuk ditanami sangatlah sulit karena mereka terkadang harus membuat bedengan yang tinggi bahkan ada yang harus sampai ukuran 1 meter tingginya agar tidak tergenang air karena mereka bercocok tanam di lahan rawa, dimana pasang surut air dan curah hujan yang sangat tinggi menjadi tantangan dan permasalahan mendasar. 

Proses membuat bedengan di lahan rawa Suku Asmat. Dokpri Ignasius Bria
Proses membuat bedengan di lahan rawa Suku Asmat. Dokpri Ignasius Bria

Permasalahan sektor pertanian lain yang juga harus dihadapi oleh Ignasius bersama dengan ke empat temannya yang kini juga mengikuti jejak Ignasius untuk menjadi volunteer Pertanian di pedalaman Asmat yang kesemuanya juga bukan berlatar belakang dari pendidikan Pertanian dan masih awam akan proses budidaya tanaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun