Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peranan Orang Tua Mengisi Kemerdekaan

18 Agustus 2022   10:40 Diperbarui: 18 Agustus 2022   10:42 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://kabarpriangan.pikiran-rakyat.com/

Peran Orang Tua Mengisi Kemerdekaan

Mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dibutuhkan juga peran orang tua untuk mengisi kemerdekaan. Memahami kebutuhan pendidikan anak-anak. Perhatian orang tua demi masa depan bangsa sangat utama. Anak-anak berhasil dikarenakan perhatian orang tua dan didikan dari rumah.

Saya sebagai orang tua yang bekerja merangkap juga ibu rumah tangga sangat dilema. Di satu sisi membimbing anak-anak bangsa di tempat kerja dan di rumah mendidik dan membimbing anak kandung. Ketika masalah dihadapkan , si bungsu disekolahkan di sekolah dasar negeri terdekat dari rumah. Berhubung kondisi keuangan tidak memungkinkan terpaksa si bungsu sekolah di negeri. Ternyata tahun ajaran baru ini menjadi bumerang.

Ade Pindah Sekolah

Ajaran baru dimulai tanggal 18 Juli 2022 lalu. Anak-anak sudah masuk sekolah semuanya. Pandemi sudah usai, saatnya kejar ketinggalan. Lebih baik belajar di sekolah daripada di rumah.

Di sekolah lebih menurut kepada guru daripada di rumah melawan orang tua. Masa pandemi si bungsu bersekolah di SD negeri terdekat dari perumahan. Sebelumnya niat hati ingin menyekolahkan si bungsu di sekolah swasta bersama dengan sang kakak. Namun terbentur dengan keuangan akhirnya dipending dulu.

Bulan September 2021 tahun lalu diberlakukan tatap muka namun masih separuh -separuh dan cepat pulang. Masih kelas 2 SD, tidak masalah. Dan berlangsung hingga naik ke kelas 3.

Ajaran baru 2022/2023 sekolah tempat saya bekerja full day. Jam 07:00 -15:25 , dari hari Senin - Kamis, Jumat 11.20 , pulang setengah hari.

Dengan kondisi seperti itu si bungsu tidak ada yang memperhatikan. Pulang sekolah jam 9:00 WIB, masuk jam 7:15 WIB padahal sudah kelas besar. Namun memang kondisi sekolah seperti itu. Ruangan kelas kurang dan akhirnya dibuat 2 sesi. Selama sebulan ini si bungsu tidak terkontrol karena saya sampai di rumah jam 17.00 WIB. Hati terasa terbelenggu. Ingin berteriak agar rasa sesak di dada lepas landas. Serba salah, jika tidak bekerja masih kurang dan jenuh juga bila hanya di rumah.

Jika saya bekerja anak kandung terbengkalai dan anak bangsa terkendali. Dilema memenjarakan hati. Sampai kapan si bungsu terlantar. Memohon petunjuk kepada-Nya agar diberikan kemudahan. Dilancarkan rezeki dan diberikan kesehatan. Bergumul sebulan ini. Menimbang dan memutuskan. Saling bertukar pikiran dengan suami. Memberikan pengertian jika si bungsu dibiarkan terus sekolah di sana kedepannya akan hancur. Di SMP nanti dia seperti orang linglung. Berhubung pembelajaran di SD nya kurang.

Dengan perdebatan yang panjang. Memutuskan si bungsu pindah sekolah ke sekolah kakak. Berat memang, yang tadinya gratis sekarang bayarnya mahal. Tapi demi masa depan anak bangsa , generasi penerus bangsa. Rezeki pasti mengalir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun