Mohon tunggu...
Leonardo Tolstoy Simanjuntak
Leonardo Tolstoy Simanjuntak Mohon Tunggu... Wiraswasta - freelancer

Membaca,menyimak,menulis: pewarna hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Fanatisme, Kunci Kemenangan Jokowi

8 April 2019   12:38 Diperbarui: 22 April 2019   22:18 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi minum kopi di warung Balige (dok.pribadi/fb)

Prediksi penentuan pemenang dalam kompetisi politik, tidak sama dengan prediksi dalam kompetisi sepakbola. Prediksi dalam sepakbola oleh para pengamat sering ditautkan dengan forecast subyektif, mungkin terkait dengan selera seorang pengamat. Karena suka Barcelona misalnya, ia gadang-gadang Barcelona menang saat tanding dengan Juventus. Terkadang prediksi bola melenceng karena forecastnya kurang memperhitungkan faktor-faktor khusus. 

  Pengamat politik juga ada kalanya keseleo saat berprediksi. Ketika pilkada DKI Jakarta, Ahok versus Anies, banyak pengamat lebih nenjagokan Ahok bakal tampil sebagai pemenang. Barangkali prediksi itu berangkat dari popularitas Ahok dengan perilaku-perilaku "aneh" yang dipertontonkan lewat ragam media. Hasilnya apa. Ahok kalah. Banyak orang melongo. Kok bisa ya Anies-Shandy yang menang.

  Lalu bagaimana menakar kekuatan dan kemungkinan dua kekuatan raksasa pada perhelatan pilpres tanggal 17 April mendatang. Lazim, pengamat dadakan berselancar membuat prediksi masing-masing. Setiap orang bisa saja menjadi pengamat. Tak usah menjadi seorang pengamat konvensional. Menjadi pengamat di sebuah keluarga pun hal yang biasa. Seorang ayah berprediksi beda dengan prediksi ibu dan anak. Beda prediksi itu sah.

"Jokowi pasti menang telak", kata seorang ayah.

"Tak mungkin Pak. Prabowo itu yang menang. Lihat saja begitu menyemutnya massa mendukung beliau ", bantah sang ibu.

 " Aku idem dito dengan bapak saja. Bapak kan jarang meleset bikin prediksi", pintas si anak.

***

 Bahwa Jokowi itu adalah fenomena,biar sejarah saja yang mencatat. Bahwa Prabowo juga fenomena seorang jenderal yang berapi-api semangatnya mau memimpin negeri besar ini, juga sejarah akan mencatat.

 Prediksi dan survey, dua kata yang akrab dalam setiap perhelatan politik pilpres. Prediksi berkeliaran sebebasnya. Mungkin ada yang netral tapi juga selalu ada yang menuruti feeling atau keyakinan in person. Sementara lembaga-lembaga survey, antara lembaga yang sudah punya nama reputatif mau pun yang belum berkelas, sibuk dengan result survey masing-masing. Hasil survey ibarat gelombang lautan. Pasang surut. Tergantung cuaca. Atmosfer pengamatan dan respon juga bisa berubah-ubah. Kadang Jokowi disebut leading oleh lembaga survey A. Di lain pihak survey lembaga lainnya mengklaim Prabowo lebih unggul. Ada kejar mengejar seperti hitungan suara quick count di layar televisi.

 Berpengaruhkah result survey ? Ya, berpengaruh. Pengaruhnya tak hanya sebatas bisa menggoyang prediksi-prediksi sehingga oleng-oleng lagi. Bahkan hasil survey yang tayang di media televisi atau media online, juga paling mempengaruhi bilik opini rakyat bahkan seorang petani yang sedang mencangkul sawahnya di desa terpencil. Sekelompok warga di satu kampung berkumpul di satu kedai, berbincang serius setelah menonton berita televisi seputar survey terkait pilpres. Itu hal yang biasa seputar yang namanya pemilihan. Bahas membahas. Kaji mengkaji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun