Mohon tunggu...
Leonard Davinci
Leonard Davinci Mohon Tunggu... Lainnya - Ketika Aku Menulis Maka Aku Ada

Maumere - Flores - Nusa Tenggara Timur (NTT)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kompleksitas Penyakit Kanker di Indonesia

4 Juni 2019   12:49 Diperbarui: 7 Agustus 2019   22:19 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Menderita sakit, pasti pernah dialami oleh setiap orang, termasuk Saya. Wajar saja...Namun ketika dokter di Singapura menyatakan Saya terkena Blood Cancer, rasanya seperti palu godam menimpa Saya. Kaget, tak menyangka sama sekali. Rasanya tak ada riwayat dalam keluarga yang pernah terkena penyakit itu". Demikian sepenggal kalimat berupa caption yang ditulis oleh Almarhumah Ibu Negara, Ani Yudhoyono dalam laman Instagram resminya (@ani_yudhoyono) pada 17 Februari 2019 yang lalu. Caption ini ditulis ketika awal mula Beliau mengetahui hasil diagnosa dokter dari National University Hospital Singapura yang memvonis Beliau mengidap penyakit kanker darah (blood cancer). Sadar bahwa penyakit ini sangat mematikan, Ibu Ani pun berusaha untuk menerima dengan ikhlas namun tidak mudah menyerah. Segala bentuk perawatan, pengobatan dan terapi selalu dijalankan dengan sungguh-sungguh serta dicatat dengan rapih dalam buku hariannya. Meskipun akhirnya Beliau harus menghembuskan nafasnya yang terakhir, pergi meninggalkan kita sekalian pada Sabtu, 01 Juni 2019 pkl.11.50 waktu Singapura.

Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang sangat mematikan. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja dengan berbagai latar belakang profesi yang beragam, mulai dari masyarakat biasa sampai pada para pesohor, baik itu artis, komedian, atlet, politisi serta para pejabat publik lainnya. Selain Almarhumah Ibu Ani, masih ada beberapa pesohor di negeri ini yang harus mengakhiri hidupnya akibat penyakit ini. Dilansir dari laman Wikipedia, ada beberapa pesohor seperti komedian Wahyu Sardono atau akrab disapa Dono Warkop, artis Julia Perez, Ibu Negara Hasri Ainun Habibie dan Ustaz Arifin Ilham yang mengakhiri hidupnya akibat penyakit kanker.

Berbicara mengenai penyakit ini, Saya kembali mengingat sosok kontrovesial yang juga pernah menjabat sebagai Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Bapak Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok. Ketika menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Pak Ahok berencana membangun Rumah Sakit (RS) kanker yang lengkap, modern serta bertaraf internasional. Tentu ide yang brilian ini bukan tanpa alasan. 

Berdasarkan riset dari Kementerian Kesehatan, bahwa sebahgian besar masyarakat Indonesia sangat rentan terkena penyakit kanker dengan segala macam tingkat kompleksitasnya masing-masing. Kondisi ini diperparah dengan keterbatasan dari sarana serta fasilitas berupa RS khusus penyakit kanker. Sampai sekarang, di Indonesia hanya ada RS Kanker Dharmais beralamat di Jakarta Pusat yang juga merupakan RS Pusat Kanker Nasional yang terbaik dan sering dijadikan rujukan untuk proses perawatan. 

Hal ini menjadi tidak ideal karena wilayah serta kondisi geografis Indonesia yang sangat luas. Akibat dari keterbatasan sarana serta fasilitas RS khusus kanker ini, maka tidak jarang pula ada banyak para penderita kanker di Indonesia yang harus menjalani perawatan di luar negeri. Kita mengetahui bagaimana Almarhumah Ibu Negara Hasri Ainun Habibie yang harus menjalani perawatan di RS Munich-Jerman, Ustaz Arifin Ilham yang dirawat di Malaysia serta Artis Julia Perez dan Ibu Negara Ani Yudhoyono yang juga harus menjalani perawatan di Singapura. Beruntung, para pesohor ini termasuk golongan yang mampu dalam hal finansial dan lainnya sehingga memudahkan mereka untuk bisa berobat ke luar negeri. 

Permasalahan pelik yang menjadi pertanyaan kita sekalian adalah bagaimana dengan masyarakat biasa yang hidupnya sangat terbatas, tidak mempunyai banyak uang dan lain-lain ketika mengidap penyakit kanker..?? Ironisnya, permasalahan yang sangat kompleks ini sepertinya belum mendapatkan reaksi yang positif berupa berbagai kebijakan pembangunan sarana serta fasilitas kesehatan yang memadai seperti yang pernah ditawarkan oleh Pak Ahok.

Alhasil, mimpi besar dari Pak Ahok untuk membangun RS kanker yang lengkap dan modern ini ibarat bunga yang layu sebelum berkembang. Ide brilian ini tidak dapat terealisasi dengan baik, lantaran terganjal regulasi serta konstelasi politik yang cukup memanas menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 silam. Permasalahan pelik yang menjadi pertanyaan di atas menjadi tugas kita bersama, terutama bagi pemerintah. Upaya untuk membangun RS khusus kanker ini bukan bertujuan untuk menyembuhkan penyakit kanker, karena memang sampai saat ini sepertinya belum ada obat yang mujarab untuk menyembuhkan penyakit ini. Akan tetapi, yang terpenting adalah dengan adanya RS kanker yang lengkap dan modern tersebut bisa mengurangi beban serta jeritan suara hati dari masyarakat yang serba berkekurangan agar mereka dengan mudah mendapatkan perawatan yang maksimal.

Semoga para pemimpin negeri ini terbuka mata dan hatinya agar bisa meneruskan ide mulia dari Pak Ahok untuk membangun RS kanker, sehingga ke depannya tidak ada lagi masyarakat kita yang harus menjalani perawatan ke luar negeri. Hal ini sangat penting, karena apabila dibiarkan terus, maka suatu saat bisa menjadi bom waktu yang akan menyebabkan semakin banyak masyarakat menjadi korban keganasan penyakit kanker ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun