Dari sejumlah orang yang pernah saya wawancara mengenai bisnis yang mereka geluti, sebagian besar mengaku memulainya dari nol. Bahkan, ada pula yang berangkat dari titik minus alias dalam kondisi terjepit.
Benar bahwa tekanan dapat menempa seseorang untuk menjadi lebih kreatif, bekerja lebih keras, berusaha lebih efektif. Hasilnya pun tidak bisa disepelekan. Orang-orang bertekad baja ini akhirnya berhasil mengembangkan bisnis mereka, meskipun situasi di sekitar tidak mendukung.
Pemilik Abekani Jogja misalnya, Tunjung Pratiwi, memulai usahanya hanya dengan modal Rp2 juta. Ia membuat produk berbahan kulit, seperti tali kamera, tempat ponsel, atau tempat laptop. Tunjung memulai bisnisnya seperti usaha konvensional pada umumnya yaitu menawarkan produk secara offline.
Dalam acara JNE Kopiwriting yang digelar Kompasiana di Silol Kopi & Eatery, wanita ini menceritakan sekilas tentang usaha yang mulai dirintis sejak 2009 ini.
Karena kurang berhasil menembus pasar dengan cara konvensional, Tunjung mencoba strategi lain, yaitu merambah pasar online. Waktu itu, ia memulai dari Kaskus. Dari usaha tersebut, Abekani mulai menerima pesanan custom tas kamera secara online. Penjualan pun terus meningkat.Â
Hal yang menarik adalah bahwa keberhasilan Abekani dalam berekspansi tidak lepas dari dukungan jasa ekspedisi seperti JNE. Menurut Tunjung, ia sebagai pengusaha cukup dimudahkan dengan layanan jemput bola yang disediakan JNE. Ia dapat menghemat waktu dan tenaga yang seharusnya digunakan untuk mengantarkan pesanan.Â
Sebagian besar pembeli produk Abekani ternyata memang memilih memanfaatkan layanan ekspedisi JNE untuk pengiriman. Pasalnya, JNE dapat menembus ke berbagai daerah. Selain itu, proses pengiriman dapat dipantau secara online. Bagi Tunjung, hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat memuaskan pelanggannya.
DUKUNGAN PIHAK TERKAIT
Dalam acara JNE Kopiwriting yang bertema "Menangkap Peluang Industri Kreatif di Era Digital" ini pun turut hadir Lucy Irawati, Kepala Dinas Koperasi & UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Yogyakarta. Wanita yang banyak berkeliling di berbagai seminar untuk memperkenalkan program pembinaan terhadap UMKM di Yogyakarta ini turut menyampaikan bahwa eksistensi UMKM di kota ini semakin nyata.