Mohon tunggu...
Leni Cahya Pertiwi
Leni Cahya Pertiwi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis Buku Happy Mama

Berharap dengan menulis bisa memberikan manfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kalau Ibuku Penulis, Lalu Kenapa?

1 Desember 2020   21:04 Diperbarui: 1 Desember 2020   21:42 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jum’at malam,  3 pesan masuk dari Ustadzah Riza, musrifah asrama ananda Neysa. Pesan pertama dan kedua berupa foto. Bukan foto Neysa, bukan juga foto ustadzahnya. Hanya foto yang berisi tulisan, yang kalau dihitung jumlah karakternya, cukup untuk bisa memenuhi batas minimal sebuah artikel. 

Tulisannya kecil, ditulis dengan kerapatan yang membuat kening berkerut, mata melotot, dan kepala jadi pusing. Hmm… mana kacamataku? Benda itu sekarang sangat akrab dengan keseharianku. Dulu aku paling malas menggunakannya, bukan hanya karena tidak memerlukannya, juga karena suka melorot karena cantelannya kurang mancung, hehhehe.

Setelah kucantelkan kacamata di hidung yang kurang mancung ini, aku mulai mengeja satu persatu kata-kata yang ada.

[Assalamualaikum ibu…]

Suratnya dimulai dengan salam, kemudian dilanjutkan dengan menanyakan kabarku. Dan tanpa basa-basi ananda langsung mengucapkan terima kasih atas paket yang telah diterimanya. Tiga hari sebelumnya, aku memang mengirimkan kardus berisi makanan ringan dan beberapa alat tulis yang dipesannya. 

Kardus itu juga berisi tiga eksemplar buku Happy Mama, buku solo karya perdanaku. Dua eksemplar buku hard cover dipesan oleh salah seorang ustadzah yang qadarullah melihat status wa ku, kemudian langsung memesannya. Satu eksemplar versi soft cover, kuhadiahkan untuk ananda Neysa.

Neysa kemudian menceritakan beberapa isi paketnya kena sita karena mengandung MSG, padahal dia sangat ingin menikmati makanan ringan tersebut. Apa boleh buat, peraturan di asrama tidak mengizinkan santri mengkonsumsi makanan yang mengandung zat penguat rasa, seperti MSG.

Dengan berat hati, dia terpaksa merelakan makanan ringan tersebut disita. Namun dia bersyukur, beberapa makanan ringan lainnya alhamdulillah lolos pemeriksaan karena tidak mengandung zat-zat yang diyakini kurang baik untuk kesehatan.

Isi surat yang ditulis dalam bahasa daerah tersebut berlanjut, saya akan terjemahkan dalam versi Indonesianya.

[… terus bu, isi paketnya banyak amat. Pasta gigi kakak (dia menyebut dirinya dengan ‘kakak’) masih banyak, sikat gigi juga. Terima kasih ya Bu, memang tak salah kalau seorang ibu bernama Leni Cahya Pertiwi menuliskan pada bukunya yang berjudul ‘happy mama’_dituliskannya dalam huruf kecil semuanya_ bahwa seorang bunda itu mengetahui jauh lebih dalam bagaimana buah hatinya]. Ananda Neysa kemudian membuat emotion senyum.

Selanjutnya ananda menceritakan bahwa sebenarnya dia minta dibelikan dua set stabillo kecil, tapi yang sampai hanya satu set. Astagfirullah, aku lupa. Kulanjutkan membaca surat untuk mengetahui apa yang selanjutnya ditulis ananda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun