Baru Jadi Guru Penggerak Saja Sombong, Apa Kata Dunia?
Para pembaca pasti sudah dapat meraba arah judul tulisan saya ini. Semoga rabaannya tidak keliru, yang menyebabkan persepsi baru.
Baru saja saya berbincang seru  dengan teman saya yang sudah mengikuti seleksi Calon Guru Penggerak sebanyak 2 kali, tapi masih gagal lagi dan gagal lagi. Karena merasa tak mampu maka pada Angkatan berikutnya dan berikutnya lagi dia tidak mendaftar.Â
Dia mengatakan "sebel", "kesel", "malu" dan lain sebagainya, mengekspresikan kekecewaannya. Dan kecewanya lagi, dia tidak tahu di mana kekurangannya. Karena 2 kali masuk seleksi tahap 2, asesor selalu mengapresiasi dengan baik.
Dengan seksama mendengarkan ceritanya, kemudian saya memberikan support sedemikian rupa  agar tidak patah semangat. Saya mengarahkan untuk bersiap mendaftar di Angkatan  selanjutnya yang  akan segera dibuka pendaftarannya.Â
Dengan menelisik kisah temanku ini, memang menjadi kekurangan dari adanya Program Guru Penggerak adalah tidak adanya pemberitahuan baik  secara global atau secara spesifik kekurangan dari masing - masing kandidat yang gagal. Mungkin kedepannya dari pihak Tim Asesor Guru Penggerak Kemdikbud Ristek perlu penyertaan hasil penilaiannya, khususnya untuk kandidat Guru Penggerak yang gagal.Â
Memang selama ini demikian adanya, yang lolos seleksi ya tidak tahu betul apa kelebihannya menurut asesor. Dan yang gagal juga tidak tahu apa kekurangannya menurut asesor. Maka saya berpikir, perlu perbaikan pada  sistemnya.
Ternyata kekecewaan temanku ini berlipat, karena ada temannya yang telah lulus guru penggerak menjadi berubah drastis. Saya menanggapinya dengan  kata "bagus itu, memang guru penggerak harus menjadi agen perubahan". Saya berkata begitu  malah dia ngakak  terpingkal - pingkal. Selesai ngakak dia baru berkata" kalau perubahannya seperti itu saya cocok sekali,seperti kamu". Mendengar kata " seperti kamu", giliran saya yang jauh terpingkalnya. Karena saya merasa  tidak ada apa - apanya, apalagi membuat perubahan, sama sekali belum ada.
Lalu perubahan yang bagaimana yang dia maksud? Katanya, sebelum lulus guru penggerak saja sudah sombong, setiap idenya harus disetujui, tapi tidak mau mendengarkan usulan orang lain. Apalagi sekarang setelah pengumuman kelulusan guru penggerak, semakin menjadi pongahnya. Kok bisa? Iya karena dia menjadi penguasa di sekolah, dan membuat teman - teman tidak nyaman. Namun akhirnya, karena selalu dimusuhi jika tidak menurut, maka semua pilih diam saja.Â
Dari perbincangan dengan temanku ini, maka sebagai guru sebaiknya implementasikan nilai dan peran guru penggerak . Jika seorang guru penggerak sudah mengerti, memahami dengan sebenar - benarnya dari maksud dan makna " nilai dan peran guru penggerak", niscaya perubahannya adalah ke arah positif. Tidak akan terdengar guru penggerak yang sombong, guru penggerak yang mau menang sendiri, apalagi guru penggerak yang memandang rendah orang lain.Â