Mohon tunggu...
Lely SuciAstuti
Lely SuciAstuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Airlangga

Seorang INFP-T; memiliki hobi membaca, menonton film, dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Film

Halle Bailey Sebagai Ariel di Film Live Action 'The Little Mermaid': Kenapa Blackwashing Menjadi Masalah?

13 Mei 2023   10:45 Diperbarui: 13 Mei 2023   10:47 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Halle Bailley sebagai Ariel (Sumber gambar: Youtube Walt Disney Studios)

Pada 10 September 2022 lalu, Disney merilis trailer pertama dari film live action The Little Mermaid. Semenjak itu pula, penggemar film animasi originalnya tidak menunjukkan respon yang baik. Dilansir dari RevivalTV.id, trailer pertama film live action The Little Mermaid tersebut mendapat lebih dari 3,5 juta dislikes sejak rilis perdananya. Film live action The Little Mermaid rencananya baru akan tayang perdananya pada 26 Mei 2023 mendatang. Meskipun begitu, sudah banyak komentar ataupun kritik dari para penggemar Disney yang menyebabkan film tersebut menjadi topik perbincangan hangat di dunia maya.

Komentar dan kritik yang Disney dapat dari penggemarnya ternyata tidak lain tidak bukan dikarenakan keputusan Disney untuk memilih Halle Bailey menjadi sosok Ariel, tokoh utama dalam film The Little Mermaid. Dalam animasi originalnya yang tayang pada tahun 1989, Ariel merupakan sosok putri duyung dengan ciri khas kulit putih dan rambut merahnya. Sehingga ketika Halle Bailey yang notabenenya seorang aktris dengan ras kulit hitam dipilih untuk memerankan Ariel, dampaknya akan menimbulkan kontroversi di kalangan pecinta film. Fenomena tersebut menyebabkan istilah blackwashing, istilah yang baru dalam dunia perfilman.

Sebelumnya sudah ada istilah whitewashing di dunia perfilman. Menurut William Lowrey (2020) dalam jurnal yang berjudul “People Painted Over: Whitewashing of Minority Actors in Recent Film”, whitewashing adalah praktik menghapus orang kulit berwarna maupun mengganti karakter minoritas dengan karakter kulit putih, atau lebih umum dengan aktor kulit putih menggantikan aktor minoritas dalam penggambaran karakter kulit berwarna. Contoh kasusnya adalah film Dragonball Evolution, Prince of Persia: The Sands of Time, The Last Airbender, dan masih banyak lagi.

Baru-baru ini muncul istilah baru yaitu blackwashing, praktik pemilihan aktor atau aktris dari ras atau etnis tertentu (biasanya dari ras kulit hitam) untuk memerankan karakter yang sebelumnya digambarkan sebagai berasal dari ras atau etnis yang berbeda. Mengutip dari jurnal yang berjudul “Whitewashing v. Blackwashing: Structural Racism and Anti-Racist Praxis in Hollywood Cinema” yang ditulis oleh Alyssa M. Smith (2021), blackwashing merupakan upaya yang digunakan Hollywood untuk memberikan representasi yang lebih baik kepada orang kulit hitam di bioskop yang tujuannya untuk melawan stereotip orang kulit hitam yang telah ada di hiburan selama berabad-abad. Contohnya yaitu film The Little Mermaid.

Disney sendiri menyatakan bahwa pihak mereka merekrut Halle Bailey bukan tanpa alasan. Dilansir dari PayBill, sutradara untuk film live action The Little Mermaid, Rob Marshall, mengatakan bahwa Halle Bailey sangat cocok memerankan karakter Ariel karena Rob kagum atas talentanya dalam bernyanyi dan kemampuan beraktingnya. Beragam pendapat muncul di dunia maya atas keputusan Disney tersebut. Salah satu pihak mengatakan bahwa Disney sudah melakukan hal yang benar untuk mempromosikan keberagaman dan untuk merekrut seorang aktris harus mempertimbangkan talenta daripada hal lainnya. Praktik ini biasa disebut dengan casting colorblind, yaitu ke merujuk pada praktik memilih aktor atau aktris tanpa memperhatikan ras atau etnis mereka, dengan asumsi bahwa kemampuan mereka dalam memerankan karakter yang diinginkan adalah yang paling penting yang tujuannya adalah untuk mendorong representasi yang lebih inklusif dan mendukung bakat dari semua ras dan etnis.

Di lain pihak, banyak penggemar yang tidak suportif terhadap keputusan Disney tersebut. Blackwashing kerap dianggap sebagai reverse racism, yaitu bentuk diskriminasi balasan di mana karakter kulit putih dihapus atau diubah hanya untuk memenuhi kepentingan tertentu. Hal tersebut memunculkan asumsi bagaimana industri hiburan memilih karakter dari ras atau etnis kulit hitam hanya dilakukan untuk kepentingan bisnis dan bukan untuk mewakili komunitas kulit hitam yang sebenarnya.

Untuk menghadapi kontroversi ini, adapun saran untuk industri hiburan adalah untuk mempertimbangkan dengan hati-hati perihal kapan dan bagaimana blackwashing dilakukan. Ini harus dilakukan dengan sensitivitas dan rasa hormat terhadap karakter asli dan budaya yang mereka wakili. Selain itu, perusahaan-perusahaan tersebut harus memastikan bahwa mereka juga mempromosikan penulis, sutradara, dan kru dari kelompok ras dan etnis yang diwakili, untuk memastikan representasi yang lebih akurat dan sensitif.

Terlepas dari perdebatan yang ada, perlu diingat bahwa industri hiburan saat ini masih jauh dari kata inklusif. Maka diperlukan upaya untuk memperjuangkan kesetaraan dan keadilan rasial di tengah-tengah majunya industri hiburan. Dengan begitu, kita dapat membuat langkah maju yang signifikan dalam mempromosikan kesetaraan dan inklusivitas di industri hiburan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun