Mohon tunggu...
Sandrina Assabilla
Sandrina Assabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa Universitas Airlangga S1 Jurusan Ilmu Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Selat Solo: Akulturasi Dua Budaya

22 Mei 2023   12:35 Diperbarui: 22 Mei 2023   13:07 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(dilansir dari surakarta.go.id)

Jika mendengar kata "Akulturasi" yang terlintas di pikiran kita adalah percampuran 2 budaya seperti Masjid Cheng Ho, Menara Kudus, dan Candi Borobudur. Karena Indonesia kaya akan beragam budayanya maka akulturasi dapat terjadi ,sebenarnya akulturasi budaya memiliki definisi yaitu percampuran 2 budaya yang menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dari budaya tersebut. Akulturasi budaya terjadi karena penyerapan budaya asing yang masuk ke dalam negeri seperti Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah merupakan hasil akulturasi antara budaya india dengan keagamaan Buddha yang bisa dilihat dari kompenen-kompenen asrsitektur bangunan candi tersebut.

Selain Candi Borobudur yang merupakan hasil akulturasi 2 budaya , di Surakarta Jawa Tengah terdapat makanan khas yang melegenda yaitu Selat Solo. Tak nikmat rasanya jika berkunjung ke kota tersebut jika tidak mencoba salah satu hidangan khas asli daerah. Dalam 1 porsi Selat Solo berisi dengan daging yang menyerupai bistik, telur, dan sayur-sayuran ( Kentang,Wortel,Buncis, Selada.) kemudian disiram oleh saus asam manis yang berasal dari perpaduan tomat dan kecap yang kental. 

Banyak masyarakat yang tidak terlalu mementingkan histori dari makanan Selat Solo ini sendri karena banyak yang beranggapan " makan ya tinggal makan", justru Selat Solo ini memiliki history yang unik. Selat Solo sendiri dapat disebut hasil akulturasi budaya karena perpaduan antara budaya dari Surakarta dan Belanda yang menyatu menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli budaya tersebut. 

Asal usul Selat Solo sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu slachtje yang artinya hasil penyembelihan daging yang dijadikan menjadi kecil karena masyarakat Kota Solo sendiri susah menyebut kata "slachtje"maka beradaptasi menjadi kata "selat"sedangkan bistik yang berasal dari kata "biefstuk" yang artinya daging steik. Berawal dari rapat antara pihak keraton dan pihak Belanda karena berdirinya Benteng Vastenburg yang tepat di depan gapura keraton surakarta menjadi tempat untuk rapat antara pihak Keraton Surakarta dan pihak Hindia-Belanda. 

Saat jamuan hidangan disajikan terdapat perbedaan selera antara pihak keraton yang sering memakan sayur dengan pihak Belanda yang lebih suka disajikan daging seperti di negara asalnya , namun sultan menginginkan sayur-sayuran dan tidak terbiasa makan daging. Karena perbedaan selera antara pihak Hindia Belanda dan keraton maka diciptakanlah Selat Solo yang merupakan perpaduan antara selera Belanda yang menginginkan daging steak tetapi terdapat selera sultan yang menginginkan sayuran di dalam hidangan tersebut. 

Sesuai dengan selera orang solo yang menyukai manis maka untuk sausnya dibuat menjadi manis dengan berbahan dasar kecap manis sebagai pengganti mayonaise yang tidak cocok dengan selera masyarakat solo. Menurut saya sendiri juga Selat Solo semakin lezat disantap jika udara dingin dengan kuahnya yang hangat. Jika berwisata ke Solo hendaknya mencicipi Selat Solo di Warung Selat Mbak Lies yang terletak di Jalan Veteran Gang 2 No 422, Surakarta. 

Warung ini mrupakan warung legendaris yang dikenal masyarakat setempat akan hidangan Selat Solonya yang lezat, bahkan warung ini telah berdiri sejak 1978 dan dapat disebut sebagai hidden gems ( tempat yang tidak terduga karena berada di tempat yang tidak diketahui sebelumnya) karena tersembunyi masuk kedalam gang. Selat Solo buatan Warung Mbak Lies ini memiliki cita rasa yang gurih serta manis serta dilengkapi sayuran-sayuran dengan mustard khas Belanda dan diguyur oleh kuah yang dingin menjadi keunikan Warung Selat Solo tersebut, jika menginginkan kuah yang hangat dapat request terlebih dahulu untuk dihangatkan kuahnya benar-benar nikmat . 

Buka setiap hari mulai mulai puku 08:00 WIB sampai 18:00 WIB.
  Rekomendasi selanjutnya ialah Selat Solo Tenda Biru , tempat makan ini berada di jalan Jl. Dr. Wahidin 26, Kelurahan Pweurwosari, Kecamatan Laweyan, Kota Solo.

( Dilansir dari akun instagram @tendabiru_solo )
( Dilansir dari akun instagram @tendabiru_solo )


Dalam satu piring Selat Solo Tenda Biru terdapat sayuran mulai dari Selada, Kentang, Wortel, Buncis, Tomat, dan lain-lain. Potongan daging yang besar disiram oleh kuah Selat Solo yang manis dan gurih menambah kenikmatan Selat Solo di tempat makan itu serta tidak lupa untuk ditambahkan telor rebus untuk menambah isian dalam satu piring Selat Solo. 

Berbeda dengan Selat Solo Mbak Lies yang buka hanya sampai pukul 18:00, Selat Solo Tenda Biru ini buka dari jam 08:00 WIB hingga jam 21:00 WIB sehingga cocok bagi kalian yang menyukai kulineran pada malam hari di Kota Solo. Selain menjual Selat Solo tempat makan ini menjual makanan khas Jawa Tengah mulai dari Nasi Gudeg Ceker, Sop Lapis, Selat Iga, Sop Galantin, Selat Galantin, dan Selat Iga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun